Karena pada tahap Abad Pertengahan ini akidah Kristen mendominasi, maka penting pulalah kiranya untuk mengenali dasar-dasar religiusnya. Dan berikut ini adalah ringkasan tentang akidah, sejarah, dan Filsafat Kristen dasar beserta pendahulunya, Yahudi. Dimulai dari telaah paham Yahudi yang menjadi dasar akidah di Kitab Injil Perjanjian Lama:
YAHUDI
Tentang Sejarah Yahudi dan Injil Perjanjian Lama yang menjadi bagian penting dari Injil :
Para ahli dan bahkan penganut agama Yahudi dan Kristen yang mengetahui sejarah dan mau bersikap jujur-kritis, sebenarnya sudah banyak yang mengakui bahwa kitab Taurat yang ada sekarang, yang kaum mayoritas dari mereka sucikan sekarang ini, ternyata bukanlah salinan langsung dan asli dari Taurat yang diberikan oleh Tuhan Semesta Alam kepada Nabi Musa ‘alaihis salaam (di Injil dikenal sebagai Moses). Ini hanyalah sebuah kitab yang ditulis oleh generasi Israel yang hidup ratusan tahun setelah masa kehidupan Nabi Musa ‘alaihis salaam.
Nabi Musa ‘alaihis salaam sendiri memang diketahui telah menuliskan Taurat pada Loh Batu, dan dimasukkan ke dalam Tabut, yang antara lain tentang ini juga dimaktubkan dalam Injil Keluaran 24:12, 25:21, 35:12, 34:1-4. Dan, sepuluh Perintah Tuhan Kitab Taurat Musa itu ada pada Injil kitab Ulangan 5:7-21:
Jangan ada padamu Tuhan lain di hadapanKu
Jangan membuat patung yang menyerupai apapun yang dilangit atas atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air dibawah bumi. Jangan sujud menyembah kepadanya, atau beribadah kepadanya.
jangan menyebut nama Tuhan, Allohmu, dengan sembarangan
tetaplah ingat dan kuduskan hari Sabat (Sabtu)
hormatilah ayahmu dan ibumu
jangan membunuh
jangan berzinah
jangan mencuri
jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu
jangan mengingini istri sesamamu dan harta-harta mereka
Sebab utama dari ketidakaslian ini dapat ditelusuri dalam rangkaian fakta sejarah, dan dimulai setidaknya saat setelah wafatnya Nabi Sulaiman ‘alaihis salaam (di Injil dikenal sebagai Solomon atau Schlomo atau Salomo), Nabi besar Yahudi, Kristen, dan Islam, pada tahun 992 SM (Sebelum Masehi), saat kerajaannya terpecah-belah menjadi dua bagian besar. Kerajaan Bagian Utara, bernama Kerajaan Israel, yang terdiri dari 10 suku Israel, dibawah pimpinan Raja Yerobeam (lihat Injil I Raja-raja 13:33, 14:20) dan ibukotanya berpindah-pindah dari Sikhem, Pnuel, Tirza dan akhirnya Samaria (lihat Injil I Raja-raja 12:25a, 12:25b, 14:17, 16:24,29). Elohim adalah nama Tuhan dari Kerajaan Israel Utara.
Kerajaan Bagian Selatan, bernama Kerajaan Yehuda, yang terdiri dari 2 suku Yahudi, dan rajanya bernama Rehabeam (lihat Injil I Raja-raja 14:21-31) dengan ibukota Yerusalem. Yerusalem (atau ”Daarussalaam”, kota yang disucikan Islam, Kristen dan Yahudi) dan kota para Nabi selain Makkah, adalah tempat menyimpan tabut berisikan kitab Taurat di masa ini. Dan Jahweh atau Yahweh atau Yehova adalah nama dari Tuhan Kerajaan Israel Selatan dari suku Yehuda dan Benyamin ini.
Namun raja Israel, Yerobeam, tidak senang dan tidak setuju menjadikan Yerusalem sebagai pusat peribadatan, walaupun tabut Musa ‘alaihis salaam ada di sana, dan ia memilih kota Betel dan Dan sebagai pusat peribadatan baru. Ia pun mendirikan patung anak lembu dari emas sebagai obyek peribadatan mereka (Injil I Raja-raja 12:26-33), sebagai lambang dewa kesuburan. Ini sekaligus membuat Israel kembali menyembah berhala (Injil I Raja-raja 13:34, 15:30,34; II Raja-raja 10:29, 13:6, 14:24, 17:22).
Penyembahan berhala ini juga membuat kemelut di kalangan rakyat Israel sendiri, dan mencapai puncaknya pada masa Raja Ahab. Nabi Elia dikenal menentang keras penyembahan itu, sedangkan istri dari raja Ahab itu, yang bernama Ratu Izebel, justru secara terang-terangan mempopulerkan penyembahan berhala yang bernama Baal.
Dan di antara unsur dari bentuk peribadatannya, adalah melakukan persundalan (perzinahan) yang dilakukan di dalam kuil-kuil dewa, dan berbagai bentuk peribadatan berupa perilaku seksual yang tentu saja justru sangat bertentangan dengan hukum Taurat. Maka tentulah saja lama-kelamaan mereka melupakan ajaran Taurat.
Allah subhanahu wa ta’aala kemudian menakdirkan bahwa, Raja bangsa Asyur atau Asyuria (yaitu wilayah Syria saat ini) yang bernama Raja Sargon II, dapat menghancurkan Kerajaan Utara (Israel) pada tahun 722 SM, dan sekitar 27.290 penduduk Israel dari golongan menengah-atas, dibuang (Injil I Raja-raja 14:15, 17:18; II Raja-raja 17:5-6). Penduduk bangsa lain dipindahkan pula ke negeri Israel, sehingga terjadilah asimilasi ras keturunan maupun kepercayaan karenanya.
Kerajaan Selatan (Yehuda) pun tak luput dari serangan penguasa lain. Pada tahun 586 SM, Kerajaan Yehuda diserbu oleh Raja Nebukadnezar dari Kerajaan Babylonia (Iraq-Iran) dan tempat-tempat ibadah Yahudi serta tabut berisi Taurat Musa pun hancur pula karenanya. Semua pejabat dan rakyatnya digiring ke Babylonia, kecuali yang sakit, miskin, dan cacat (Injil II Raja-raja 25:1-21).
Di negeri pembuangan ini, terjadilah kawin campur orang-orang Yahudi dengan penduduk setempat sehingga terjadilah pula asimilasi keturunan maupun kepercayaan, bahkan akhirnya mereka tidak lagi mengerti bahasa ibunya sendiri.
QS Al Israa ayat 2-7 (17:2-7):
(2) Dan Kami berikan kepada Musa kitab (Taurat) dan Kami jadikan kitab Taurat itu petunjuk bagi Bani Israil (dengan firman): "Janganlah kamu mengambil penolong selain Aku,
(3) (yaitu) anak cucu dari orang-orang yang Kami bawa bersama-sama Nuh. Sesungguhnya Dia adalah hamba (Alloh) yang banyak bersyukur.
(4) Dan telah Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam kitab itu: "Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali [*] dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar".
(5) Maka apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) pertama dari kedua (kejahatan) itu, Kami datangkan kepadamu hamba-hamba Kami yang mempunyai kekuatan yang besar, lalu mereka merajalela di kampung-kampung, dan Itulah ketetapan yang pasti terlaksana.
(6) Kemudian Kami berikan kepadamu giliran untuk mengalahkan mereka kembali dan Kami membantumu dengan harta kekayaan dan anak-anak dan Kami jadikan kamu kelompok yang lebih besar.
(7) jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, Maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam mesjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai.
[*] Tafsir umum: yang dimaksud dengan membuat kerusakan dua kali ialah pertama menentang hukum Taurat, membunuh Nabi Syu'ya dan memenjarakan Armia dan yang kedua membunuh Nabi Zakaria dan bermaksud untuk membunuh Nabi Isa ‘alaihis salaam. akibat dari perbuatan itu, Yerusalem dihancurkan (Al Maraghi).
Lima puluh tahun kemudian, penguasa atau penjajah bangsa Yahudi yaitu Kerajaan Babylonia itu melemah, dan pada 539 SM, Kerajaan Babylonia kalah oleh Raja Cyrus atau Koresy (atau sebagian menyebutnya sebagai Alexander) dari Kerajaan Persia. Raja Cyrus kemudian mengijinkan bangsa Yahudi kembali ke Yerusalem, maka pada sekitar tahun 397 SM Nabi Uzair (Nabi Ezra) memimpin eksodus 1.800 orang Yahudi menuju Yerusalem.
Di masa ini pulalah, para Rabbi (pendeta Yahudi) dan para pihak pemegang mandat aristokrasinya melarang kawin campur antara Yahudi dengan non-Yahudi lebih jauh, untuk upaya terakhir menyelamatkan bangsa Yahudi yang tersisa dari semakin dalamnya asimilasi suku, bahasa, kebudayaan dan bahkan kepercayaan, yang menyapu bersih peradaban dan agama bangsanya. Pada masa itulah, diduga Nabi Uzair ‘alaihis salaam (atau dengan dibantu pihak yang berkaitan dengan beliau) merevisi dan menyusun kembali Kitab Ulangan dan menambahkan empat (4) kitab sejarah Israel di masa Musa (yaitu yang dikenal sebagai Kitab Kejadian, Keluaran, Imamat, dan Bilangan) yang kemudian disebut sebagai ”Taurat Musa” itu.
Namun karena sebagian besar bangsa Yahudi sudah tidak dapat berbahasa Ibrani lagi, maka Kitab yang disebut sebagai Taurat itupun, diterjemahkan ke dalam Bahasa Aram. Kemudian, Kitab yang ditulis Ezra itu pun ternyata di kemudian hari juga lenyap dibakar oleh Raja Syria, Raja Anthiokus, pada tahun 170 SM. Raja lain, Raja Titus, seorang Raja Romawi, dicatat juga berusaha melenyapkan tulisan-tulisan itu.
Setelah masa itu, ditemukanlah salinan-salinan ’suci’ warisan lama dalam bahasa Ibrani dengan huruf Aram, dan pada sekitar tahun 250 SM, sisa naskah kuno itu diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani oleh Ptolomeus Philadelphi dari Alexandria yang salinan ini kemudian disebut sebagai ”Septuaginta”. Naskah asli Septuaginta ini sendiri, namun, kemudian juga hilang pada jaman Origenes Adamanthios.
Lebih jauh, Nabi Yeremia, melalui suratnya yang juga dicatat di Injil, menyatakan bahwa lima kitab pertama dari Alkitab yang diklaim sebagai Taurat tersebut, adalah suatu bentuk kebohongan yang diklaim sebagai Kitab Taurat (atau Kitab palsu). Kitab Yeremia 8:8 Bagaimanakah kamu berani berkata: ”Kami bijaksana, dan kami mempunyai Taurat Tuhan”? Sesungguhnya, pena palsu penyurat sudah membuatnya menjadi bohong. Jadi, Kitab Taurat Musa yang asli telah kabur dimakan sejarah sejak abad VI SM.
Kitab Taurat Musa yang ada saat ini adalah hanya kumpulan terjemahan dari para penulis sejarah, yang khususnya banyak berisi sejarah Bangsa Bani Israil-Yahudi dan tatacara aturan agamanya, dengan tingkat keakuratan yang rendah.
Maka benarlah, karenanya:
QS An Nisaa’ ayat 155 (4:155):
Maka (Kami lakukan terhadap mereka beberapa tindakan), disebabkan mereka melanggar perjanjian itu, dan karena kekafiran mereka terhadap keterangan-keterangan Allah dan mereka membunuh nabi-nabi tanpa (alasan) yang benar dan mengatakan: "Hati kami tertutup." Bahkan, sebenarnya Allah telah mengunci mati hati mereka karena kekafirannya, karena itu mereka tidak beriman kecuali sebahagian kecil dari mereka.
Maka (Kami lakukan terhadap mereka beberapa tindakan), disebabkan mereka melanggar perjanjian itu, dan karena kekafiran mereka terhadap keterangan-keterangan Allah dan mereka membunuh nabi-nabi tanpa (alasan) yang benar dan mengatakan: "Hati kami tertutup." Bahkan, sebenarnya Allah telah mengunci mati hati mereka karena kekafirannya, karena itu mereka tidak beriman kecuali sebahagian kecil dari mereka.
QS Al Maaidah ayat 13 (5:13):
(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuki mereka, dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka merobah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya, dan kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat kekhianatan dari mereka kecuali sedikit diantara mereka (yang tidak berkhianat), maka maafkanlah mereka dan biarkan mereka, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.
QS Al An’aam ayat 91 (6 :91):
Dan mereka tidak menghormati Alloh dengan penghormatan yang semestinya, di kala mereka berkata: "Alloh tidak menurunkan sesuatupun kepada manusia". Katakanlah: "Siapakah yang menurunkan kitab (Taurat) yang dibawa oleh Musa sebagai cahaya dan petunjuk bagi manusia, kamu jadikan kitab itu lembaran-lembaran kertas yang bercerai-berai, kamu perlihatkan (sebahagiannya) dan kamu sembunyikan sebahagian besarnya, padahal telah diajarkan kepadamu apa yang kamu dan bapak-bapak kamu tidak mengetahui(nya)?" Katakanlah: "Alloh-lah (yang menurunkannya)", kemudian (sesudah kamu menyampaikan Al Quran kepada mereka), biarkanlah mereka bermain-main dalam kesesatannya [*].
[*] Perkataan biarkanlah mereka bermain-main dalam kesesatannya adalah sebagai sindiran kepada mereka, seakan-akan mereka dipandang sebagai kanak-kanak yang belum berakal.
Setelah kemudian dijajah Romawi (pada saat Nabi Isa ‘alaihis salaam diutus ke Bumi), bangsa Yahudi ini kemudian selama hampir 2000 tahun, tercerai-berai, dapat dikatakan berasimilasi dengan berbagai ras di berbagai penjuru dunia, dalam apa yang dinamakan masa ”Great Diaspora” (Penyebaran Hebat) ini, dan akidah serta rasnya bercampur-baur dengan berbagai akidah dan ras di berbagai sisi dunia, terutama dengan kaum Kristen-Barat.
Kiranya kini kita melihat orang yang menyebut dirinya sebagai (keturunan) Yahudi, berciri-ciri fisik bermacam-macam. Ada yang terlihat sangat seperti orang Kaukasia (kulit putih) dan ini banyak sekali dan sebagian darinya bahkan telah pula beragama Kristen, ada pula yang terlihat seperti ras Semit (orang Timur-Tengah dan ini insya Alloh adalah bentuk aslinya) dan cukup banyak pula jumlahnya, serta ada pula yang terlihat seperti campuran orang Asia (sebagian kecil berasimilasi dengan bangsa Asia, misalnya bangsa Indonesia, yang memiliki Synagogue di Jalan Kayoon di Surabaya), bahkan ada pula yang dapat terlihat kehitaman seperti ras orang Afrika (sebagian kecil darinya).
Dan sebagian besar dari mereka, herannya, masih kukuh berpendapat bahwa mereka adalah bangsa terpilih dan juga beragama istimewa yang paling benar dan pantas memimpin dunia, walaupun terbukti ras dan ajaran mereka sudah tak murni lagi. Mereka bahkan dapat berasimililasi dan berkomplot dengan orang Kristen dalam menegakkan impian superioritas ini, namun juga masih mempertahankan klaim kebenaran masing-masing, dalam persekutuan pragmatis, menghadapi ”common enemy” (musuh bersama) mereka, yaitu Islam dan kaum muslimin ini serta sekutunya.
Yahudi (Judaisme) bahkan baru pada abad XIX Masehi muncul sebagai istilah untuk menyebut satu agama. Dalam buku yang berjudul, “Judaism”, penulisnya yang bernama Pilkington, menceritakan bahwa pada tahun 1937 Masehi, para rabbi di Amerika bersepakat untuk mendefinisikan Yahudi sebagai definisi, “Judaism is the historical religious experience of the Jewish people.”
Jadi, agama Yahudi, adalah agama sejarah. Penamaan, tata cara ritualnya, dibentuk oleh proses sejarah. Maka Filsafat dan akidah dalam khazanah Yahudi pun, bercampur baur dengan hawa nafsu manusianya, sebagai subyeknya, sepanjang sejarahnya.
Benarlah:
QS Al Baqarah ayat 113 (2:113):
Dan orang-orang Yahudi berkata: "Orang-orang Nasrani itu tidak mempunyai suatu pegangan", dan orang-orang Nasrani berkata: "Orang-orang Yahudi tidak mempunyai sesuatu pegangan", padahal mereka (sama-sama) membaca Al Kitab. Demikian pula orang-orang yang tidak mengetahui, mengatakan seperti ucapan mereka itu. Maka Allah akan mengadili diantara mereka pada hari Kiamat, tentang apa-apa yang mereka berselisih padanya.
Dan orang-orang Yahudi berkata: "Orang-orang Nasrani itu tidak mempunyai suatu pegangan", dan orang-orang Nasrani berkata: "Orang-orang Yahudi tidak mempunyai sesuatu pegangan", padahal mereka (sama-sama) membaca Al Kitab. Demikian pula orang-orang yang tidak mengetahui, mengatakan seperti ucapan mereka itu. Maka Allah akan mengadili diantara mereka pada hari Kiamat, tentang apa-apa yang mereka berselisih padanya.
QS Al Baqarah 120 (2:120):
Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)". Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.
QS Al Baqarah ayat 139-140 (2:139-140):
(139). Katakanlah: "Apakah kamu memperdebatkan dengan kami tentang Allah, padahal Dia adalah Tuhan kami dan Tuhan kamu; bagi kami amalan kami, dan bagi kamu amalan kamu dan hanya kepada-Nya kami mengikhlaskan hati,
(140) ataukah kamu (hai orang-orang Yahudi dan Nasrani) mengatakan bahwa Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub dan anak cucunya, adalah penganut agama Yahudi atau Nasrani?" Katakanlah: "Apakah kamu lebih mengetahui ataukah Allah, dan siapakah yang lebih zalim dari pada orang yang menyembunyikan syahadah dari Allah yang ada padanya?" Dan Allah sekali-kali tiada lengah dari apa yang kamu kerjakan.
(139). Katakanlah: "Apakah kamu memperdebatkan dengan kami tentang Allah, padahal Dia adalah Tuhan kami dan Tuhan kamu; bagi kami amalan kami, dan bagi kamu amalan kamu dan hanya kepada-Nya kami mengikhlaskan hati,
(140) ataukah kamu (hai orang-orang Yahudi dan Nasrani) mengatakan bahwa Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub dan anak cucunya, adalah penganut agama Yahudi atau Nasrani?" Katakanlah: "Apakah kamu lebih mengetahui ataukah Allah, dan siapakah yang lebih zalim dari pada orang yang menyembunyikan syahadah dari Allah yang ada padanya?" Dan Allah sekali-kali tiada lengah dari apa yang kamu kerjakan.
Tentang berbagai fakta sejarah termasuk penulisan sejarah bangsa Bani Israil dan segala distorsinya ini, tak terelakkan juga berkembang menjadi apa yang kemudian disebut sebagai agama Kristen (Katolik-Protestan) dengan khazanah dunianya dan dengan segala tokoh-tokoh Bani Israilnya (misalnya, Nabiyullahh, Nabi Tuhan bernama Isa AS atau Yesus, semua murid langsungnya, dan Paulus/Saulus yang bukan muridnya).
Dan yang menamakan agama ini sebagai `Kristen' ternyata bukanlah pula Isa AS (atau biasa disebut pula sebagai Yesus Kristus, namun menarik pula untuk menelaah apakah sebenarnya Isa AS dan Yesus Kritus adalah orang yang sama kiranya?) atau bahkan Tuhan sendiri; melainkan adalah Barnabas dan Paulus (Saulus) di Antiokhia, justru sepeninggal Yesus (Injil Kis 11:23-26). Paulus sendiri, bukanlah sama sekali murid Yesus, tak pernah sama sekali berjumpa Yesus, namun 'berani' mengangkat dirinya sebagai rasul (Roma 1:1) dan mengubah agama yang diajarkan Yesus (yang sangat dekat dengan nilai ajaran Islam) menjadi versinya (menamainya sebagai "Kristen", lihat Kis 11:23-26), keluar dari atau menafikan Hukum Taurat ( lihat 1 Korintus 9:19-21), bahkan mempertuhankan Yesus serta menambah oknum Tuhan menjadi lebih dari satu (lihat 1 Korintus 8:6, Kolose 1:5, Timotius 2:5, dan Roma 10:9). Ini ia banyak serap juga dari Filsafat Sofisme Yunani yang khas Politeisme (paham akan banyak tuhan atau dewa) itu, dan di kemudian menjadi insprasi bangsa Eropa (Kristen) dalam Renaissance mereka pula dengan segala konsekuensinya setelah kalah dalam berbagai Perang Salib terhadap kaum muslim. Parahnya, paham Paulus, seorang Yahudi campuran ini, dipercaya dan diikuti banyak manusia hingga saat ini, yang sungguh mengira bahwa itulah yang sebenarnya diajarkan Yesus.
Dan sungguh, Yesus yang adalah seorang Rabbi (Guru Agama) Bani Israil/Yahudi dari keluarga sangat terpandang keturunan para Nabi (keluarga Imraan/Aali Imraan) dan samasekali tidak membawa ajaran baru, serta hanya berusaha mengembalikan agama Bani Israil/Yahudi yang sudah melenceng (ditegaskannya di Matius 5:17-120, Matius 5:29-30, Matius 5:34, Yohanes 8:5, dan Yohanes 8:7); TIDAK pernah diakui Bani Israil/Yahudi sebagai Nabi-Messiah mereka, atau bahkan Tuhannya sampai sekarang. Bahkan ternyata di tangan MEREKA lah (bangsa Bani Israil-Yahudi dipimpin Rabbinya atau guru agamanya yang tak sepaham dengan Yesus), Yesus diserahkan ke Romawi untuk ‘disalibkan’, untuk dibunuh.
Dan antara lain, karena inilah, Hitler berusaha melenyapkan Yahudi dari muka Bumi, selain berbagai alasan lain yang mengganggu Jerman, menurutnya. Hitler menganggap mereka adalah bangsa yang mengkhianati, membunuh, menyalibkan Yesus, dan pada kenyataannya di Jerman pada masa itu, menurutnya mereka sudah banyak ‘mencuri’ dari bangsa Jerman. Apapun juga (kiranya karena dimurkai Tuhan Yang Maha Esa karena membunuhi banyak UtusanNya dan mengingkari perintahNya), setelah dijajah berbagai bangsa, dicampuri ras dan peradabannya, dan juga terusir itu; bangsa Bani Israil yang terasimilasi agama, budaya, dan rasnya; semakin mengembara ke berbagai penjuru dunia, terpaksa bercampur-baur dengan berbagai bangsa (terutama dengan bangsa Eropa). Masa itu juga dikenal sebagai masa Great Diaspora (penyebaran hebat) Yahudi.
Dan kemudian selama sekitar atau seusai Perang Dunia II Abad XX Masehi saat dibantai Hitler dalam Holocaust, bangsa Yahudi hijrah dan berkembang beranak-pinak subur dan semakin berkuasa di Amerika Serikat, hingga kini.Maka, penyesatan Yahudi dan perusakannya kepada tatanan keseimbangan dunia, sudah jauh mereka lakukan sejak sebelum Nabi Isa AS atau Yesus turun. Sadar atau tidak, ini mereka lakukan, turun-temurun dan secara berorganisasi, hingga kini.
Dan herannya, mereka masih ingin menegakkan supremasi peradaban Yahudi - Israil mereka yang sebenarnya sudah tercampur-baur itu, setidaknya berdasarkan romantisme dan kebanggan semu masa lalu mereka. Atau malahan, justru karena mereka sudah tercampur-baur dengan berbagai ras dunia?
Sebagai perbandingan, ini adalah kutipan dari Talmud, tentang berbagai ayat indoktrinasi superioritas bangsa dan penganut Yahudi dibandingkan bangsa dan penganut agama lain. Dalam peperangan, tentara Israel wajib mendaras Talmud itu dalam kesempatan khusus, terlebih di hari Sabbath (Sabtu). Antara lain bagian indoktrinasi itu:
- "Orang Yahudi diperbolehkan berdusta menipu Ghoyim (bangsa non-Yahudi)." (Baba Kamma 113a)
- "Semua anak keturunan Ghoyim (non-Yahudi) sama dengan binatang." (Yebamoth 98a)
- "Seorang Ghoyim (non-Yahudi) yang berbaik kepada Yahudi pun harus dibunuh." (Soferim 15, Kaidah 10)
- "Barangsiapa yang memukul dan menyakiti orang Israel, maka ia berarti telah menghinakan Tuhan." (Chullin, 19b)
- "Orang Yahudi adalah orang-orang yang shalih dan baik dimanapun mereka berada. Sekalipun mereka juga melakukan dosa, namun dosa itu tidak mengotori ketinggian kedudukan mereka." (Sanhedrin, 58b)
- "Hanya orang Yahudi satu-satunya manusia yang harus dihormati oleh siapapun dan oleh apapun di muka Bumi ini. Segalanya harus tunduk dan menjadi pelayan setia, terutama binatang-binatang yang berwujud manusia, yakni Ghoyim (non-Yahudi)." (Chagigah, 15b)
- "Haram hukumnya berbuat baik kepada Ghoyim (non-Yahudi)" 9Zhohar 25b)
- "Semua anak keturunan Ghoyim (non-Yahudi) sama dengan binatang." (Yebamoth 98a)
- "Seorang Ghoyim (non-Yahudi) yang berbaik kepada Yahudi pun harus dibunuh." (Soferim 15, Kaidah 10)
- "Barangsiapa yang memukul dan menyakiti orang Israel, maka ia berarti telah menghinakan Tuhan." (Chullin, 19b)
- "Orang Yahudi adalah orang-orang yang shalih dan baik dimanapun mereka berada. Sekalipun mereka juga melakukan dosa, namun dosa itu tidak mengotori ketinggian kedudukan mereka." (Sanhedrin, 58b)
- "Hanya orang Yahudi satu-satunya manusia yang harus dihormati oleh siapapun dan oleh apapun di muka Bumi ini. Segalanya harus tunduk dan menjadi pelayan setia, terutama binatang-binatang yang berwujud manusia, yakni Ghoyim (non-Yahudi)." (Chagigah, 15b)
- "Haram hukumnya berbuat baik kepada Ghoyim (non-Yahudi)" 9Zhohar 25b)
Ironisnya, Bani Israil-Yahudi dan organisasi Zionisnya serta gerakan Zionisme (gerakan agar dapat kembali berkuasa di Bukit Zion di Daarussalaam atau Yerusalem) justru sedari dulu didukung dan dibesarkan bangsa Ghoyim yang tertipu muslihatnya, Amerika Serikat-Kerajaan Inggris Raya dan sekutunya, setidaknya dengan Deklarasi Blackstone 1891 AS, Deklarasi Balfour 1917 Inggris, dan Deklarasi Anglo-America Commitee 1946 Inggris-AS.
Maka selain mulai menguasai Daarussalaam (Yesusalem) dan Masjidil ’Aqsa serta menghapuskan negara Palestina, akhirnya justru merugikan induk-semangnya, Amerika Serikat dan Kerajaan Inggris Raya beserta sekutunya, setidaknya dalam nama baik dan finasial. Sebagai catatan, gerakan Zionisme sejak akhir abad XIX Masehi bertujuan untuk mengembalikan mandat kekuasaan dan tanah kekuasaan yang diklaim Yahudi adalah miliknya, ke Bukit Zion, di Daarussalaam (Yerusalem), di sebelah Masjidil Aqsa (Solomon’s Temple), sekaligus tentunya menguasai Daarussalaam tersebut.
Menarik untuk merenungkan, bahwa setidaknya berdasarkan sejarah, sebagian kaum Yahudi juga bertendensi mengklaim Madinah al Munawarah dan Makkah al Mukaramah sebagai tanah tempat leluhur mereka juga, sebelum mereka terusir oleh karena kelakuan buruknya. Gerakan untuk dapat menguasai tanah-tanah ini, menguasai kedua Masjid suci Islam di Makkah dan Madinah selain Masjidil Aqsa di Daarussalaam (Yerusalem), karenanya, adalah juga mungkin saja. Dan siapapun umat muslim, pantas waspada, karena Madinah dan Makkah, serta jazirah Arab, adalah wilayah yang diklaim Yahudi sebagai wilayahnya pula.
Sesudah mengalami masa hina dalam Great Diaspora (penyebaran hebat, tercerai-berai ke mana-mana), Yahudi tentu saja ingin berdaulat. Pendirian negara Israel pada tahun 1948 memakan negara Palestina sisa keKholifahan Turki Utsmaniyah-Ottoman yang bubar setelah kalah perang dalam Perang Dunia I yang dikuasai Kerajaan Inggris, dengan dibantu Inggris dan Amerika Serikat melalui berbagai kesepakatan, terutama atas imbal-balik 'jasa' Yahudi membantu Sekutu memenangkan Perang Dunia II, adalah momentum yang tak akan disia-siakan mereka.
Allah Maha Tahu Tentunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar