ISRAEL DI MASA MODERN DAN POS-MODERN
Lahirnya negara Israel juga sedikit banyak berhubungan dengan kejadian-kejadian berbagai Deklarasi USA dan UK di bawah yang terjadi di jaman Modern (Abad XVII-XX Masehi) dan Pos-Modern (paruh akhir Abad XX Masehi sampai sekarang) ini (selain kaitan antropologis dan historis-agamis antara bangsa-bangsa ini):
BLACKSTONE DECLARATION 1891:
”Why not give Palestine back to the Jews again? According to God’s distributions of nations, it is their home, an inalienable possesion from which they were expelled by force ... Now give Palestine back to the Jews?” - signed by 413 promenade American Political, business, and Religious Leaders, and presented by USA’s President Benjamin Harrison).
Dan sejak Konferensi Zionis pertama di Basel pada tahun 1897 yang melahirkan organisasi Zionis di Inggris (Zionist Federation of Great Britain and Ireland) yang bertujuan untuk mendirikan negara Israel di Palestina yang saat itu berada di bawah protektorat Daulah Islamiyah Turki Usmaniyah (Turki Ottoman), Bani Israil (Yahudi) tak berhenti untuk berusaha mewujudkannya. Sementara itu, sejak berakhirnya Perang Dunia I dengan Jerman dan Turki Ottoman (Daulah Islamiyah Turki Usmaniyah) sebagai pihak yang kalah, Inggris dan Perancis keluar sebagai pemenang, dan Palestina yang tadinya wilayah Turki lalu berada di bawah lindungan (protektorat) Inggris.
Deklarasi Balfour di Inggris pada 31 Oktober 1917 (saat itu Palestina dikuasai Inggris, setelah pemberontakan Arab dipimpin Sheik Bani Saud terhadap Turki dalam kekhalifahan Daulah Islamiyah Turki Usmaniyah yang didukung Inggris melalui agen rahasianya, Thomas Edward Lawrence/”Lawrence of Arabia”) secara formal menyatakan dukungan Inggris untuk mewujudkan negara Yahudi di wilayah Palestina. Disebut sebagai Deklarasi Balfour, karena berdasarkan surat dari Arthur James Balfour (Menteri Luar Negeri Inggris) kepada Lord Walter Rothschild pemimpin komunitas Yahudi Inggris saat itu yang berisikan dukungan Inggris terhadap pembentukan Zionis Federation.
Adapun isinya adalah sebagai berikut:
Foreign Office, November 2nd, 1917.
Dear Lord Rothschild,
I have much pleasure in conveying to you, on behalf of His Majesty's Government, the following declaration of sympathy with Jewish Zionist aspirations which has been submitted to, and approved by, the Cabinet:
"His Majesty's Government view with favour the establishment in Palestine of a national home for the Jewish people, and will use their best endeavours to facilitate the achievement of this object, it is being clearly understood that nothing shall be done which may prejudice the civil and religious rights of existing non-Jewish communities in Palestine, or the rights and political status enjoyed by Jews in any other country".
I should be grateful if you would bring this declaration to the knowledge of the Zionist Federation.
Yours sincerely,
Arthur James Balfour
Kemudian setelah itu:
ANGLO-AMERICA COMMITEE 1946:
The fact that the Arabs have a vast hinterland in the Middle-East, and the fact the Jews have nowhere else to go establishes the relative justice of their claims and of their cause ... Arabs sovereignty over a portion of the debated territory must undobtedly be sacrificed for the sake of establishing a Jewish homeland” (presented by Rheinhold Niehbuhr)
Pada masa Perang Dunia II, kaum Bani Israil-Yahudi di Eropa disingkirkan dari Jerman dan ’dibantai' dalam Holocaust oleh pasukan Adolf Hitler dan Nazi Jerman, dan cukup banyak dari mereka menyelamatkan diri ke Amerika Serikat dan Inggris. Terlepas dari kontroversi mengenai benar-tidaknya Holocaust dan jumlah sesungguhnya yang meninggal, Hitler menganggap mereka adalah bangsa yang mengkhianati, membunuh, menyalibkan Yesus, dan pada kenyataannya di Jerman pada masa itu menurutnya mereka sudah banyak ‘mencuri’ dari bangsa Jerman. Dengan semangat “Deutsche uber alles” (bangsa Aria Jerman di atas semua bangsa lain), maka tentu saja menurutnya ‘parasit’ Yahudi ini harus dibersihkan.
Pada tahun 1948, sesudah pasukan Sekutu dipimpin Amerika Serikat memenangkan Perang Dunia II terhadap Jerman (dan Italia serta Jepang) di tahun 1945, juga saat mandat Inggris berakhir di Palestina dan sebagai hasil deklarasi PBB, negara Israel resmi berdiri. Ini semakin mulus, karena Kekhalifahan Islam terakhir, Turki Utsmaniyah, tumbang setelah Perang Dunia I, pada tahun 1924, dan mencerai-beraikan kesatuan umat Islam menjadi puluhan negara baru yang dibagi berdasarkan romatisme semu wilayah geografis, satu hal yang selama berabad-abad sebelumnya tak begitu dihiraukan muslim.
Maklumat pendirian Israel ini yang kemudian dianggap menganiaya rakyat Palestina, sangat ditentang dan lantas diperangi oleh 5 negara Arab di sekitarnya. Namun dengan bantuan persenjataan dan berbagai macam hal dari Amerika Serikat dan sekutunya, Israel berhasil memenangkan perang Arab-Israel itu secara telak, atau paling tidak mengimbanginya. Perang Arab-Israel yang kemudian disebut sebagai Perang Enam Hari di dekade berikutnya, menghasilkan hasil kekalahan dan kemenangan perang serta percaturan politik yang cukup berimbang antara Arab dan Israel, yang antara lain memaksa Mesir dan Israel menekan perjanjian damai Camp David, dimotori Presiden Jimmy Carter dari Amerika Serikat.
Dalam rangkaian berbagai perang dahsyat ini, Israel dengan paham Zionismenya yang berkeinginan melanggengkan wilayah Palestina yang telah dicaploknya, didukung Inggris dan Amerika Serikat sejak akhir Perang Dunia II. Patut pula dicatat bahwa negara-negara yang dikenal sangat memusuhi Israel seperti Iraq (terutama di bawah rezim kontroversial Saddam Hussein), Syria, dan Iran, saat ini sedang dalam perang terbuka atau diplomatik yang serius dengan Amerika Serikat dan sekutunya yang dikenal sebagai negara-negara pendukung Israel. Indonesia sendiri sampai hari ini masih berpendirian untuk tidak mengakui dan memiliki hubungan diplomatik dengan Israel.
Solidaritas negara-negara Arab di sekitarnya terhadap Palestina seperti dari pemerintah Suriah, Yordania, Arab Saudi, Iraq, Iran, dan Mesir dengan dibantu pasokan persenjataan dan teknologi militer Uni Soviet; mengakibatkan protes keras, bala bantuan dari negara-negara sekitar terhadap Palestina, dan juga bahkan kemudian rangkaian perang antara negara-negara Arab dan Israel yang menahun, bahkan melibatkan negara-negara beragama Islam lain selain bangsa Arab. Banyak negara-negara ini dulu berada dalam satu hubungan pemerintahan di bawah Kekalifahan Turki Usmaniyyah dan Bani Abbasiyah Baghdad, bahkan juga Kekhalifahan Islam Abu Bakar Siddiq, Umar bin Khatthab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Bani Umayyah, Marwani, dan Abbasiyah jauh di masa-masa sebelumnya tentunya.
Israel sendiri selalu didukung penuh oleh Amerika Serikat dan bahkan dalam ”Perang Oktober” yang dimulai dengan serangan Mesir dan Suriah pada Hari Raya ”Yom Kippur” Yahudi 6 Oktober 1973 (Yahudi Israel terhitung kalah di sini), Israel mendapatkan dukungan dana 2,2 miliar dolar dari Konggres Amerika Serikat atas permintaan Presiden Nixon pada tanggal 19 Oktober 1973. Untuk membalas ini, satu hari kemudian di tanggal 20 Oktober 1973, dilakukan embargo total minyak bumi negara-negara Arab terhadap Amerika Serikat yang didahului penaikan tarif minyak bumi negara-negara Iran dan kelima negara teluk termasuk Arab Saudi sebesar 70% sejak 16 Oktober 1973; sampai diakhiri pada 18 Maret 1974.
Amerika Serikat dan sekutunya kalah total.
Dan kini, setelah sekian lama negara Israel berdiri, mereka berusaha ’menjajah-menguasai’ dunia melalui berbagai cara. Sejak pertengahan Abad XX Masehi, dengan Corporatocracy atau Neo-Kolonialisme sistem kerajaan global hasil jaringan Corporation(s) perusahaan multinasional-transnasional-global, lembaga keuangan dunia, dengan Autocracy(ies) pemerintahan berbagai negara untuk kepentingan mereka sendiri melalui kaki-tangannya (baik disadari mereka atau tidak) di berbagai ‘negara jajahan’ (termasuk Indonesia) yang dimulai segolongan AS terutama melalui bisnis energi; lengkaplah sudah eksploitasi ketamakan a la Kapitalisme, dan setidaknya langkah AS di bawah George W. Bush-Dick Cheney (dengan perusahaan mereka macam Carlyle Group di bidang senjata, Halliburton di bidang mega-infrastruktur, Arbusto di bidang minyak, dsb.) dan sekutunya (perusahaan lain termasuk negara-negara sekutu) sangat mencerminkan ini.
Istilah "Corporatocracy" ini pertama kali dicuatkan oleh John Perkins, dalam buku fenomenalnya “The Confessions Of An Economic Hit Man”, dengan website http://www.johnperkins.org/ Sebelum bertobat, John Perkins menjadi salah satu dari banyak ”Economic Hit Man (EHM)”, suatu istilah ’kode’ di antara mereka sendiri yang merujuk kepada orang yang ditugaskan untuk dua pekerjaan utama:
1. Membenarkan pinjaman internasional yang besar kepada negara-negara berkembang yang kemudian akan disalurkan kembali kepada perusahaan-perusahaan Amerika Serikat dan sekutunya seperti ”Bechtel”, ”Halliburton”, ”Stone & Webster Engineering Corporation (SWEC)”, ”Brown & Root” atau ”Kellog Brown & Root”, ”Chevron”, ”Mobil Oil”, dan sebagainya; melalui proyek-proyek rekayasa teknis (engineering), energi, konstruksi raksasa, dan sebagainya.
2. Membangkrutkan negara-negara yang menerima pinjaman itu (setelah negara-negara itu membayar perusahaan kontraktor Amerika Serikat lainnya, tentu saja) sehingga negara-negara itu selamanya akan berhutang kepada kreditor mereka itu dan dengan demikian mereka akan menjadi sasaran empuk dan sekutu yang penurut ketika Amerika Serikat (dan sekutu-sekutunya, mungkin) memerlukan dukungan mereka seperti untuk pangkalan militer, hak suara PBB, atau akses kepada minyak dan sumber daya alam lain.
Caranya, adalah melalui prediksi efek investasi miliaran dolar kreditor di suatu negara yang telah direkayasa agar meyakinkan, terutama melalui telaah dan modifikasi Produk Nasional Bruto (PNB) negara itu; dan karenanya proyek yang diprediksikan menghasilkan PNB tertinggi akan menang. Jika ternyata hanya satu proyek yang dipertimbangkan, maka para EHM perlu mendemonstrasikan dengan meyakinkan, melakukan presentasi yang memukau, bahwa mengembangkannya akan membawa manfaat yang besar bagi PNB negara tersebut.
Aspek yang tak perlu diungkapkan di balik ini adalah, kiranya bahwa proyek-proyek ini dimaksudkan untuk membuat laba yang besar bagi para kontraktor, dan untuk membahagiakan segelintir keluarga kaya dan berpengaruh di negara penerima bantuan; seraya memastikan ketergantungan finansial jangka panjang dan loyalitas politik pemerintah di seluruh dunia terhadap orang-orang dan negara(-negara) pemberi donor. Maka tentu saja berdasarkan ini semua, semakin besar pinjamannya, hutang yang lebih besar daripada seharusnya, semakin baik untuk mereka para anggota ”Corporatocracy”.
Fakta bahwa hutang yang dibebankan kepada suatu negara kemudian akan menghilangkan alokasi dana kesehatan, pendidikan, dan layanan sosial lainnya bagi rakyat miskin negara itu, tidaklah penting bagi mereka, kiranya. Menurutnya, INDONESIA adalah salah satu korban mereka, dan ia pernah bertugas di Nusantara Republik Indonesia di awal dekade 1970-an Masehi (atau dengan kata lain adalah di masa Orde Baru Republik Indonesia).
Dan Nusantara Republik Indonesia memang berhutang sangat luar-biasa, dan bahkan secara Riba dengan bunganya (dan bunga berbunga) kepada berbagai lembaga keuangan dan negara dunia (sama saja), saat ini. Maka, negara-negara yang telah berhasil ia taklukkan atau paling tidak ia ketahui fakta-faktanya tentang operasi super rahasia ini adalah antara lain Ekuador, Indonesia, Arab Saudi, Iran, Panama, Iraq, Kolombia, Venezuela. Pertama, akan dikirimkan agen2 Pembunuh Bayaran Ekonomi (Economic Hit Men) ini dengan berbagai persuasinya (termasuk uang dan seks), dan jika gagal, maka tak segan, mereka mengirim para 'Jackal' (serigala) pembunuh. Jika ini masih gagal, maka dikirimkanlah para tentara, yang diatur dengan seresmi mungkin alasan pembenaran.
Para EHM dan ’serigala’, menemui kegagalan di Iraq, Panama, dan Venezuela namun toh tidak demikian para tentara Paman Samnya yang sukses dengan Invasi oleh Amerika Serikat ke Panama dan Perang Teluknya ke Iraq, juga Afghanistan dan sekitarnya yang kaya sumber daya energi terutama minyak dan gas. Dan John Perkins mengungkapkan kekhawatirannya bahwa banyak orang biasa di berbagai negara (termasuk di Indonesia, tentunya) yang mungkin secara tak sadar juga menjadi bagian dari sistem Corporatocracy di berbagai sendi sistem pemerintahan, perusahaan, berbagai organisasi, dan dengan sendirinya menjadi alat untuk menekan lawan-lawan kepentingan Corporatocary; dengan cara memanfaatkan kelemahan-kelemahan orang-orang biasa itu seperti melalui lobbying, hadiah, gaji, bonus, pelatihan, pemotivasian, penggalangan opini dan simpati; dan sebagainya, terutama dalam Demokrasi dan Kapitalisme serta Pasar Bebas.
Ia juga khawatir akan wewenang AS yang bebas mencetaki uang Dollar baru (sekaligus bunga-ribanya) dan menyarankan semua negara yang mengutangi AS menagihnya dengan mata uang lain untuk mengurangi dominasi AS (misalnya menggunakan Euro, seperti yang pernah dilakukan Saddam Husein dalam perdagangan minyak Iraq dengan AS, dan membuat murka AS, dan menyerang Iraq). Dan (tanpa sama-sekali bermaksud rasialis), DALAM KENYATAANNYA, dicampur-tangani banyak kalangan Yahudi-Bani Israil (baik asli maupun pembauran) dan sekutunya, sepanjang sejarah; untuk keuntungannya. Ada jaringan manusia ‘pengatur’ di balik para manusia pejabat ‘pengatur resmi’ dunia.
Penguasaan energi dan sumber daya alam dengan segala cara a la Corporatocracy ini lahir, terutama setelah USA (dan bangsa Yahudi di dalamnya) belajar banyak dari kekalahan mereka saat kalah babak-belur diembargo muslim dan Arab di dekade 1970-an. Dan kini kita menemukan bangsa Arab dan mayoritas muslim, tak dapat banyak berbuat karena sudah menjadi sapi perahan Corporatocracy, berhutang kepada mereka, menyia-nyiakan karunia sumber daya alam dari Allah SWT dengan segala potensinya, mubadzir, karena semakin tidak bertakwa, bersyukur terhadapNya.
Maka bila ketaktakwaan itu menipis atau hilang, Allah SWT tak segan menurunkan azabNya.
QS Al Israa’ ayat 7:
Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam masjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai.
Dalam potongan ayat QS Al Israa’ 7 (17:07) ini, “ … dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam mesjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai”, maka bahkan Allah S.W.T. pun akan membiarkan mereka (para musuh kebaikan) itu bebas masuk ke dalam masjid (satu tempat yang melambangkan kehormatan dan kesucian muslim), dan membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai ,
Hal ini mungkin saja, jika muslim yang diberi amanah memanfaatkan, menjaga ciptaan Allah S.W.T. tidak (atau tidak lagi) melakukan hal-hal Islami (tidak menjaga amahaNya, antara lain), tidak memenuhi syarat untuk dimenangkan menjadi pemimpin di satu masa itu, di mana kejahatan muslim justru lebih menonjol daripada kebaikannya. Bahkan dalam ayat ini disebutkan sampai-sampai melakukan kejahatan ‘yang kedua’ atau dalm hal ini juga ditafsirkan, bahkan mengulanginya (“ … dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua …”).
Kemenangan, kehormatan, ketinggian derajat dan macam-macam hal terkait janji Tuhan melalui Islam dan segala agamaNya sebelumnya bagi muslim, diberikan, jika muslim melakukan yang diperintahkan Allah S.W.T., jika seseorang itu adalah orang-orang yang beriman, melakukan hal-hal islami.
Istilah "Corporatocracy" ini pertama kali dicuatkan oleh John Perkins, dalam buku fenomenalnya “The Confessions Of An Economic Hit Man”, dengan website http://www.johnperkins.org/ Sebelum bertobat, John Perkins menjadi salah satu dari banyak ”Economic Hit Man (EHM)”, suatu istilah ’kode’ di antara mereka sendiri yang merujuk kepada orang yang ditugaskan untuk dua pekerjaan utama:
1. Membenarkan pinjaman internasional yang besar kepada negara-negara berkembang yang kemudian akan disalurkan kembali kepada perusahaan-perusahaan Amerika Serikat dan sekutunya seperti ”Bechtel”, ”Halliburton”, ”Stone & Webster Engineering Corporation (SWEC)”, ”Brown & Root” atau ”Kellog Brown & Root”, ”Chevron”, ”Mobil Oil”, dan sebagainya; melalui proyek-proyek rekayasa teknis (engineering), energi, konstruksi raksasa, dan sebagainya.
2. Membangkrutkan negara-negara yang menerima pinjaman itu (setelah negara-negara itu membayar perusahaan kontraktor Amerika Serikat lainnya, tentu saja) sehingga negara-negara itu selamanya akan berhutang kepada kreditor mereka itu dan dengan demikian mereka akan menjadi sasaran empuk dan sekutu yang penurut ketika Amerika Serikat (dan sekutu-sekutunya, mungkin) memerlukan dukungan mereka seperti untuk pangkalan militer, hak suara PBB, atau akses kepada minyak dan sumber daya alam lain.
Caranya, adalah melalui prediksi efek investasi miliaran dolar kreditor di suatu negara yang telah direkayasa agar meyakinkan, terutama melalui telaah dan modifikasi Produk Nasional Bruto (PNB) negara itu; dan karenanya proyek yang diprediksikan menghasilkan PNB tertinggi akan menang. Jika ternyata hanya satu proyek yang dipertimbangkan, maka para EHM perlu mendemonstrasikan dengan meyakinkan, melakukan presentasi yang memukau, bahwa mengembangkannya akan membawa manfaat yang besar bagi PNB negara tersebut.
Aspek yang tak perlu diungkapkan di balik ini adalah, kiranya bahwa proyek-proyek ini dimaksudkan untuk membuat laba yang besar bagi para kontraktor, dan untuk membahagiakan segelintir keluarga kaya dan berpengaruh di negara penerima bantuan; seraya memastikan ketergantungan finansial jangka panjang dan loyalitas politik pemerintah di seluruh dunia terhadap orang-orang dan negara(-negara) pemberi donor. Maka tentu saja berdasarkan ini semua, semakin besar pinjamannya, hutang yang lebih besar daripada seharusnya, semakin baik untuk mereka para anggota ”Corporatocracy”.
Fakta bahwa hutang yang dibebankan kepada suatu negara kemudian akan menghilangkan alokasi dana kesehatan, pendidikan, dan layanan sosial lainnya bagi rakyat miskin negara itu, tidaklah penting bagi mereka, kiranya. Menurutnya, INDONESIA adalah salah satu korban mereka, dan ia pernah bertugas di Nusantara Republik Indonesia di awal dekade 1970-an Masehi (atau dengan kata lain adalah di masa Orde Baru Republik Indonesia).
Dan Nusantara Republik Indonesia memang berhutang sangat luar-biasa, dan bahkan secara Riba dengan bunganya (dan bunga berbunga) kepada berbagai lembaga keuangan dan negara dunia (sama saja), saat ini. Maka, negara-negara yang telah berhasil ia taklukkan atau paling tidak ia ketahui fakta-faktanya tentang operasi super rahasia ini adalah antara lain Ekuador, Indonesia, Arab Saudi, Iran, Panama, Iraq, Kolombia, Venezuela. Pertama, akan dikirimkan agen2 Pembunuh Bayaran Ekonomi (Economic Hit Men) ini dengan berbagai persuasinya (termasuk uang dan seks), dan jika gagal, maka tak segan, mereka mengirim para 'Jackal' (serigala) pembunuh. Jika ini masih gagal, maka dikirimkanlah para tentara, yang diatur dengan seresmi mungkin alasan pembenaran.
Para EHM dan ’serigala’, menemui kegagalan di Iraq, Panama, dan Venezuela namun toh tidak demikian para tentara Paman Samnya yang sukses dengan Invasi oleh Amerika Serikat ke Panama dan Perang Teluknya ke Iraq, juga Afghanistan dan sekitarnya yang kaya sumber daya energi terutama minyak dan gas. Dan John Perkins mengungkapkan kekhawatirannya bahwa banyak orang biasa di berbagai negara (termasuk di Indonesia, tentunya) yang mungkin secara tak sadar juga menjadi bagian dari sistem Corporatocracy di berbagai sendi sistem pemerintahan, perusahaan, berbagai organisasi, dan dengan sendirinya menjadi alat untuk menekan lawan-lawan kepentingan Corporatocary; dengan cara memanfaatkan kelemahan-kelemahan orang-orang biasa itu seperti melalui lobbying, hadiah, gaji, bonus, pelatihan, pemotivasian, penggalangan opini dan simpati; dan sebagainya, terutama dalam Demokrasi dan Kapitalisme serta Pasar Bebas.
Ia juga khawatir akan wewenang AS yang bebas mencetaki uang Dollar baru (sekaligus bunga-ribanya) dan menyarankan semua negara yang mengutangi AS menagihnya dengan mata uang lain untuk mengurangi dominasi AS (misalnya menggunakan Euro, seperti yang pernah dilakukan Saddam Husein dalam perdagangan minyak Iraq dengan AS, dan membuat murka AS, dan menyerang Iraq). Dan (tanpa sama-sekali bermaksud rasialis), DALAM KENYATAANNYA, dicampur-tangani banyak kalangan Yahudi-Bani Israil (baik asli maupun pembauran) dan sekutunya, sepanjang sejarah; untuk keuntungannya. Ada jaringan manusia ‘pengatur’ di balik para manusia pejabat ‘pengatur resmi’ dunia.
Penguasaan energi dan sumber daya alam dengan segala cara a la Corporatocracy ini lahir, terutama setelah USA (dan bangsa Yahudi di dalamnya) belajar banyak dari kekalahan mereka saat kalah babak-belur diembargo muslim dan Arab di dekade 1970-an. Dan kini kita menemukan bangsa Arab dan mayoritas muslim, tak dapat banyak berbuat karena sudah menjadi sapi perahan Corporatocracy, berhutang kepada mereka, menyia-nyiakan karunia sumber daya alam dari Allah SWT dengan segala potensinya, mubadzir, karena semakin tidak bertakwa, bersyukur terhadapNya.
Maka bila ketaktakwaan itu menipis atau hilang, Allah SWT tak segan menurunkan azabNya.
QS Al Israa’ ayat 7:
Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam masjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai.
Dalam potongan ayat QS Al Israa’ 7 (17:07) ini, “ … dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam mesjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai”, maka bahkan Allah S.W.T. pun akan membiarkan mereka (para musuh kebaikan) itu bebas masuk ke dalam masjid (satu tempat yang melambangkan kehormatan dan kesucian muslim), dan membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai ,
Hal ini mungkin saja, jika muslim yang diberi amanah memanfaatkan, menjaga ciptaan Allah S.W.T. tidak (atau tidak lagi) melakukan hal-hal Islami (tidak menjaga amahaNya, antara lain), tidak memenuhi syarat untuk dimenangkan menjadi pemimpin di satu masa itu, di mana kejahatan muslim justru lebih menonjol daripada kebaikannya. Bahkan dalam ayat ini disebutkan sampai-sampai melakukan kejahatan ‘yang kedua’ atau dalm hal ini juga ditafsirkan, bahkan mengulanginya (“ … dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua …”).
Kemenangan, kehormatan, ketinggian derajat dan macam-macam hal terkait janji Tuhan melalui Islam dan segala agamaNya sebelumnya bagi muslim, diberikan, jika muslim melakukan yang diperintahkan Allah S.W.T., jika seseorang itu adalah orang-orang yang beriman, melakukan hal-hal islami.
Daftar Merek Dagang dan/Perusahaan Global Penyumbang kepada Bani Israil (Israel-Yahudi) dalam ikatan Kapitalisme-Pasar Bebas dan Corporatocracy di jaman Modern (Abad XVII-XX) dan Pos-Modern (Abad XX-XXI) ini:
+ A & W
+ AOL
+ AT & T
+ Andrex, Kotex
+ Arbusto Oil
+ Ariel
+ Biotherm
+ British Telecom
+ Boeing
+ Boss
+ Cable & Wireless
+ Coca-Cola (Sprite, Fanta, dll.)
+ Carlyle Group
+ Carrefour
+ Citibank
+ Danone
+ Daimler
+ De Beers
+ Delco
+ Disney
+ Donna Karan
+ Estee Lauder
+ GAP
+ Garnier
+ General Motors
+ Halliburton
+ Huggies
+ Jo Malone
+ Johnson & Johnson’s (dihargai Israel sebagai yang tertinggi)
+ Kentucky Fried Chicken (KFC)
+ Kimberley-Clarke
+ Kit Kat
+ Kleenex
+ L’ Oreal
+ Lamer
+ Lancome
+ Levi’s
+ Libby’s
+ Mac Donald’s (Mac D)
+ Marks & Spencer
+ Marlboro, Benson’s (Philip Morris termasuk Sampoerna yang sekarang milik Philip Morris)
+ Maxwell House Coffee
+ Maybeline
+ Merit, L & M
+ Motorola
+ Nescafe
+ Nestle
+ Nokia
+ Origin Clinique
+ Pampers
+ Perrier
+ Pryca
+ Ralph Laurent
+ River Island
+ Revlon
+ Sanex
+ Sara Lee
+ Selfridges & Co
+ Starbucks
+ Siemens
+ Tchibo
+ Vittel
+ Volkswagen
+ Wrangler
+ Dll. (Chevron? MobilOil?, etc?)
Seorang Ekonom AS bernama Paul Krugman, sebenarnya telah sejak lama menengarai adanya Slow-motion Crisis (krisis gerak lambat) menuju Great Depression (atau “depresi multidimensi dunia” karena semuanya memang berhubungan), dan bobroknya Kapitalisme-Pasar Bebas karena adanya “Bubbles Economy”. Bubbles Economy ini, adalah fenomena gelembung-gelembung (bubbles) ekonomi, seperti hasil tiupan gelembung air sabun yang membesar cepat namun sebenarnya tak kuat bertahan lama. Dan menurutnya, disebabkan prinsip dasar para investor Kapitalisme hasil pemikiran Yahudi:
• Think short-term (berpikir spekulatif pendek)
• Be greedy (tamak)
• Believe in the greater fool (percaya orang lebih bodoh)
• Run with the herd (mengikuti gerakan kelompok)
• Over-generalize (menggampangkan masalah), dan
• Play with other people’s money (menggunakan uang orang lain).
Menilik sekilas saja prinsip-prinsip ini, adalah hal-hal yang juga sebenarnya patut dihindari umat beragama, sekaligus tidak bernilai Islami tentu saja. Saat Asia disebut ”berkeajaiban Ekonomi” di ‘90-an, iapun meragukannya, karena itu hasil dari Bubbles Economy. Namun, karena melawan pendapat Ekonom umum, ia juga lama dianggap sebagai ”Ekonom Pesimistis” dan dikucilkan mayoritas kaum Ekonom dan Sekuler dunia.
Namun, di kemudian hari, ia terbukti benar, dan mendapatkan Hadiah Nobel 2008, saat di tahun 2007-2008, Amerikas Serikat hampir bangkrut total dalam Great Depression itu, dan mau tak mau mebuktikan kebenaran teorinya! Juga saat Asian Crisis (Krisis Asia) atau Krisis Moneter Asia melanda Asia di sekitar tahun 1997-2001! Efek Dominonya, memang ke mana-mana, termasuk menumbangkan Rezim Orde Baru.
Ingatlah, bahwa bahkan nilai tukar Dollar AS BUKAN didasarkan kepada nilai (cadangan) emas (dan perak) sesungguhnya! Amerika Serikat dulu mengikuti kesepakatan dunia ini, namun saat hampir bangkrut karena Perang Vietnam dan diembargo minyak negara Arab-muslim dalam perang Arab-Israel, mereka keluar dari kesepakatan dunia itu! Dan herannya, tak banyak yang dapat diperbuat negara lain.
Ekonomi dunia Sekuler dengan berbagai asumsi ekonomi a la Ekonomi Modern semacam Time Value of Mony, Inflasi, Deflasi, Suku Bunga (Riba), dan sebagainya, ini benar-benar adalah sebuah kerapuhan struktur a la gelembung busa (bubbles)! Setidaknya karena berdasarkan asumsi-asumsi yang tak berdasar kuat hasil berbagai teori Ekonomi Sekuler pemikiran ahli-ahli 'pemikir' Yahudi!
BANDINGKANLAH dengan standar syari'ah uang Dirham dan Dinar yang memakai standar perbandingan nilai tukar emas dan perak sesungguhnya! Sejak jaman Rosululloh sholollohu 'alaihi wasallam SAMPAI sekarang, HARGA seekor kambing adalah 1 Dinar (sama dengan sekitar Rp 800.000,-) dan HARGA seekor ayam adalah 1 Dirham (sama dengan sekitar Rp 27.000,-)! Aman dan tetap, realistis dan tidak menipu!
Bahkan sekarang ekonom dunia dan negara Sekuler sedang mengkaji sistem Syari'ah! Singapura sudah mencanangkan diri menjadi hub (penghubung) perbankan syari'ah di Asia Tenggara, bahkan! Namun celakanya, kepemilikan/pemanfaatan tambang emas dan perak dunia, misalnya Freeport di Indonesia, sudah secara dominan dimilki kaum Sekuler-Yahudi ini!
Dan menarik untuk merenungkan bahwa Wakil Presiden Nusantara RI 2009 dikenal luas (entah benar atau tidak) sebagai Profesor pendukung dan kawan Ekonomi Neo-lib, bahkan juga Mafia Berkeley dan kroninya, termasuk mereka yang mungkin telah duduk di Kabinet atau seputarnya. Entahlah, apakah ini benar atau tidak, namun kiranya siapapun patur waspada, terutama mengingat hasil pembangunan a la Corporatocracy di Indonesia selama ini. Serta bahwa Indonesia, buta dengan 'berbahagia' sudah, merayakan Demokrasi yang mungkin tidak demokratis? Apalagi karena Demokrasi yang meletakkan kebenaran kepada pendapat mayoritas/suara manusia terbanyak di satu kaum itu, bukan prinsip Islam, karena prinsip Islam membenarkan apapun yang benar dari Allah?
Maka pula, justifikasi Pluralisme yang sebenarnya berakarkan keragaman yang wajar, kemudian diekstremkan menjadi paham bahwa semua agama itu benar, yang sebenarnya kembali kepada pemahaman sekitar 3000-4000 tahun lalu saat Yunani Kuno bingung dengan Relativisme Sofisnya dan beranggapan bahwa kebenaran itu relatif dan semua versi kebenaran itu adalah benar, alias sudah sangat ketinggalan jaman, karena kebenaran sesungguhnya ada, yaitu dari Tuhan Alam Semesta, Allah, dan bukan kebenaran versi manusia manapun.
Juga ada Liberalisme, paham kebebasan termasuk pemikiran bebas (dan kehidupan bebas) yang sebenarnya adalah kepanjangan Rasionalisme-Materialisme, dan melahirkan atau sejalan pula dengan budaya ’Popular-gaul’, yang sebenarnya adalah kepanjangan tangan dari paham ketakbertanggungjawaban bahkan Hedonistik (ingin bersenang-senang saja). Ini adalah juga buntut dari budaya-pemikiran Yahudi. Dan tentu saja, ada Sekulerisme, yang menafikan agama, hasil pemikiran inteletualis Barat - yang sebagian adalah Yahudi - yang muak akan agamanya selama kebodohan Abad Pertengahan, namun terlanjur diaplikasikan kepada agama manapun di dunia! Termasuk dengan sedapat meungkin menjauhkan muslim dari apapun yang adalah standar agamanya!
Ketiganya, kita perlu waspadai sebagai bahaya "SEPILIS" atau SEkulerisme-PluralIsme-LIberaliSme, yang lagi-lagi adalah hasil pemikiran sesat manusia, yang sebagian besar adalah hasil perkembangan budaya sesat Yahudi internasional selama berabad-abad!
Iblis dan Setan memang akan menyesatkan kita dari arah manapun: muka, belakang, kanan, kiri (QS al A'raf ayat 17/ QS 7:17), akan terpengaruh manusia, kecuali yang ikhlas (mukhlisiin) darinya (QS al Hijr 39-40/QS 15:39-40).
+ A & W
+ AOL
+ AT & T
+ Andrex, Kotex
+ Arbusto Oil
+ Ariel
+ Biotherm
+ British Telecom
+ Boeing
+ Boss
+ Cable & Wireless
+ Coca-Cola (Sprite, Fanta, dll.)
+ Carlyle Group
+ Carrefour
+ Citibank
+ Danone
+ Daimler
+ De Beers
+ Delco
+ Disney
+ Donna Karan
+ Estee Lauder
+ GAP
+ Garnier
+ General Motors
+ Halliburton
+ Huggies
+ Jo Malone
+ Johnson & Johnson’s (dihargai Israel sebagai yang tertinggi)
+ Kentucky Fried Chicken (KFC)
+ Kimberley-Clarke
+ Kit Kat
+ Kleenex
+ L’ Oreal
+ Lamer
+ Lancome
+ Levi’s
+ Libby’s
+ Mac Donald’s (Mac D)
+ Marks & Spencer
+ Marlboro, Benson’s (Philip Morris termasuk Sampoerna yang sekarang milik Philip Morris)
+ Maxwell House Coffee
+ Maybeline
+ Merit, L & M
+ Motorola
+ Nescafe
+ Nestle
+ Nokia
+ Origin Clinique
+ Pampers
+ Perrier
+ Pryca
+ Ralph Laurent
+ River Island
+ Revlon
+ Sanex
+ Sara Lee
+ Selfridges & Co
+ Starbucks
+ Siemens
+ Tchibo
+ Vittel
+ Volkswagen
+ Wrangler
+ Dll. (Chevron? MobilOil?, etc?)
Seorang Ekonom AS bernama Paul Krugman, sebenarnya telah sejak lama menengarai adanya Slow-motion Crisis (krisis gerak lambat) menuju Great Depression (atau “depresi multidimensi dunia” karena semuanya memang berhubungan), dan bobroknya Kapitalisme-Pasar Bebas karena adanya “Bubbles Economy”. Bubbles Economy ini, adalah fenomena gelembung-gelembung (bubbles) ekonomi, seperti hasil tiupan gelembung air sabun yang membesar cepat namun sebenarnya tak kuat bertahan lama. Dan menurutnya, disebabkan prinsip dasar para investor Kapitalisme hasil pemikiran Yahudi:
• Think short-term (berpikir spekulatif pendek)
• Be greedy (tamak)
• Believe in the greater fool (percaya orang lebih bodoh)
• Run with the herd (mengikuti gerakan kelompok)
• Over-generalize (menggampangkan masalah), dan
• Play with other people’s money (menggunakan uang orang lain).
Menilik sekilas saja prinsip-prinsip ini, adalah hal-hal yang juga sebenarnya patut dihindari umat beragama, sekaligus tidak bernilai Islami tentu saja. Saat Asia disebut ”berkeajaiban Ekonomi” di ‘90-an, iapun meragukannya, karena itu hasil dari Bubbles Economy. Namun, karena melawan pendapat Ekonom umum, ia juga lama dianggap sebagai ”Ekonom Pesimistis” dan dikucilkan mayoritas kaum Ekonom dan Sekuler dunia.
Namun, di kemudian hari, ia terbukti benar, dan mendapatkan Hadiah Nobel 2008, saat di tahun 2007-2008, Amerikas Serikat hampir bangkrut total dalam Great Depression itu, dan mau tak mau mebuktikan kebenaran teorinya! Juga saat Asian Crisis (Krisis Asia) atau Krisis Moneter Asia melanda Asia di sekitar tahun 1997-2001! Efek Dominonya, memang ke mana-mana, termasuk menumbangkan Rezim Orde Baru.
Ingatlah, bahwa bahkan nilai tukar Dollar AS BUKAN didasarkan kepada nilai (cadangan) emas (dan perak) sesungguhnya! Amerika Serikat dulu mengikuti kesepakatan dunia ini, namun saat hampir bangkrut karena Perang Vietnam dan diembargo minyak negara Arab-muslim dalam perang Arab-Israel, mereka keluar dari kesepakatan dunia itu! Dan herannya, tak banyak yang dapat diperbuat negara lain.
Ekonomi dunia Sekuler dengan berbagai asumsi ekonomi a la Ekonomi Modern semacam Time Value of Mony, Inflasi, Deflasi, Suku Bunga (Riba), dan sebagainya, ini benar-benar adalah sebuah kerapuhan struktur a la gelembung busa (bubbles)! Setidaknya karena berdasarkan asumsi-asumsi yang tak berdasar kuat hasil berbagai teori Ekonomi Sekuler pemikiran ahli-ahli 'pemikir' Yahudi!
BANDINGKANLAH dengan standar syari'ah uang Dirham dan Dinar yang memakai standar perbandingan nilai tukar emas dan perak sesungguhnya! Sejak jaman Rosululloh sholollohu 'alaihi wasallam SAMPAI sekarang, HARGA seekor kambing adalah 1 Dinar (sama dengan sekitar Rp 800.000,-) dan HARGA seekor ayam adalah 1 Dirham (sama dengan sekitar Rp 27.000,-)! Aman dan tetap, realistis dan tidak menipu!
Bahkan sekarang ekonom dunia dan negara Sekuler sedang mengkaji sistem Syari'ah! Singapura sudah mencanangkan diri menjadi hub (penghubung) perbankan syari'ah di Asia Tenggara, bahkan! Namun celakanya, kepemilikan/pemanfaatan tambang emas dan perak dunia, misalnya Freeport di Indonesia, sudah secara dominan dimilki kaum Sekuler-Yahudi ini!
Dan menarik untuk merenungkan bahwa Wakil Presiden Nusantara RI 2009 dikenal luas (entah benar atau tidak) sebagai Profesor pendukung dan kawan Ekonomi Neo-lib, bahkan juga Mafia Berkeley dan kroninya, termasuk mereka yang mungkin telah duduk di Kabinet atau seputarnya. Entahlah, apakah ini benar atau tidak, namun kiranya siapapun patur waspada, terutama mengingat hasil pembangunan a la Corporatocracy di Indonesia selama ini. Serta bahwa Indonesia, buta dengan 'berbahagia' sudah, merayakan Demokrasi yang mungkin tidak demokratis? Apalagi karena Demokrasi yang meletakkan kebenaran kepada pendapat mayoritas/suara manusia terbanyak di satu kaum itu, bukan prinsip Islam, karena prinsip Islam membenarkan apapun yang benar dari Allah?
Maka pula, justifikasi Pluralisme yang sebenarnya berakarkan keragaman yang wajar, kemudian diekstremkan menjadi paham bahwa semua agama itu benar, yang sebenarnya kembali kepada pemahaman sekitar 3000-4000 tahun lalu saat Yunani Kuno bingung dengan Relativisme Sofisnya dan beranggapan bahwa kebenaran itu relatif dan semua versi kebenaran itu adalah benar, alias sudah sangat ketinggalan jaman, karena kebenaran sesungguhnya ada, yaitu dari Tuhan Alam Semesta, Allah, dan bukan kebenaran versi manusia manapun.
Juga ada Liberalisme, paham kebebasan termasuk pemikiran bebas (dan kehidupan bebas) yang sebenarnya adalah kepanjangan Rasionalisme-Materialisme, dan melahirkan atau sejalan pula dengan budaya ’Popular-gaul’, yang sebenarnya adalah kepanjangan tangan dari paham ketakbertanggungjawaban bahkan Hedonistik (ingin bersenang-senang saja). Ini adalah juga buntut dari budaya-pemikiran Yahudi. Dan tentu saja, ada Sekulerisme, yang menafikan agama, hasil pemikiran inteletualis Barat - yang sebagian adalah Yahudi - yang muak akan agamanya selama kebodohan Abad Pertengahan, namun terlanjur diaplikasikan kepada agama manapun di dunia! Termasuk dengan sedapat meungkin menjauhkan muslim dari apapun yang adalah standar agamanya!
Ketiganya, kita perlu waspadai sebagai bahaya "SEPILIS" atau SEkulerisme-PluralIsme-LIberaliSme, yang lagi-lagi adalah hasil pemikiran sesat manusia, yang sebagian besar adalah hasil perkembangan budaya sesat Yahudi internasional selama berabad-abad!
Iblis dan Setan memang akan menyesatkan kita dari arah manapun: muka, belakang, kanan, kiri (QS al A'raf ayat 17/ QS 7:17), akan terpengaruh manusia, kecuali yang ikhlas (mukhlisiin) darinya (QS al Hijr 39-40/QS 15:39-40).
Allah Maha Tahu Tentunya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar