Kitab-kitab hadist meriwayatkan bahwa pada saat Aisyah mendapatkan “giliran” untuk menjadi tempat singgah Nabi, selalu saja banyak orang yang orang yang mengirimkan hadiah kepadanya, karena mereka tau bagaimana Aisyah di cintai oleh beliau. Maka dengan banyaknya hadiah itu, beberapa istrinya yang lain merasa cemburu, lalu mereka mengutus Ummu Salamah agar mewakili mereka untuk berbicara kepadanya. Setelah mendengar keluhan Ummu Salamah ia berkata: “Janganlah kamu menyakitiku dengan memintaku untuk mengurangi hak) Aisyah, karena wahyu tidak datang kepadaku pada saat ‘wa ana fii tsaubi imra’atin illa Aisyah’.” (penuding mengartikan kalimat ‘wa ana fii tsaubi imra’atin illa Aisyah’ dengan makna: kecuali pada saat aku mengenakan pakaian Aisyah.)
Penuding itu menyatakan bila hadist ini membuktikan bahwa Nabi terkadang mengenakan pakaian wanita, dan ketika mengenakan pakaian itulah wahyu diturunkan kepada Nabi. Padahal ia sendiri mengatakan bahwa ia melarang kaum laki-laki untuk menyerupai kaum wanita.
Kalimat ‘fii tsaubi Aisyah bukanlah bermakna Nabi menerima wahyu pada saat beliau mengenakan pakaian Aisyah, seperti yang disangkakan oleh penuding dengan pemahamannya yang dangkal. Pernyataan ini adalah pernyataan alegori, seperti ketika Allah berfirman: “Mereka adalah pakaian bagimu dan kamupun adalah pakaian bagi mereka.” (Al-Baqarah(2):87). Apakah ini berarti perempuan adalah pakaian bagi suaminya dan suami adalah pakaian istrinya hingga dikenakan ditubuh mereka kemanapun mereka pergi? Ataukah makna pakaian disini adalah penutup dan menjaga kesucian hati?
Berikut ini adalah sebuah hadist yang sama dengan hadist yang di sebutkan oleh penuding, namun dengan riwayat yang berbeda dan lebih memperjelas makna dari hadist tersebut. Aisyah berkata: Kaum muslimin selalu menunggu datangnya hariku untuk memberikan hadiah mereka kepada Nabi. Maka para maduku berkumpul dikediaman Ummu Salamah (untuk merundingkannya), mereka berkata:”Wahai Ummu Salamah, kaum muslimin selalu menunggu datangnya Aisyah untuk memberikan hadiah mereka pada Rasulullah, tentu tidak hanya Aisyah saja yang menginginkannya, melainkan kita semua juga sama sepertinya. Oleh karena itu sampaikanlah kepada Nabi keinginan kami, agar beliau menyampaikan kepada kaum muslimin untuk memberikan hadiah mereka dimanapun beliau berada.” Maka Ummu Salamah pun berbicara kepada Nabi mengenai hal itu (pada hari gilirannya), namun Nabi mengacuhkannya. Kemudian pada hari (gilirannya) yang lain beliau datang kembali dan Ummu Salamah menyampaikan hal yang sama, ia berkata:”Wahai Rasulullah, para maduku mengadu bahwa kaum muslimin selalu menunggu hari Aisyah untuk memberikan hadiah mereka. Sampaikanlah kepada mereka untuk memberikan hadiah dimanapun engkau berada.” Namun Nabi masih saja mengacuhkannya. Dan pada saat Ummu Salamah menyampaikan hal yang sama untuk yang ke tiga kalinya, Nabi berkata:
“Wahai Ummu Salamah, janganlah kamu menyakitiku dengan (memintaku untuk mengurangi hak) Aisyah, karena wahyu tidak diturunkan kepadaku saat aku berada diselimut istri-istriku kecuali (ketika aku bersama Aisyah).” (HR.Al-Bukhari)
setelah membaca riwayat ini maka dapat diambil kesimpulan, bahwa makna dari hadist yang di sebutkan oleh penuding; wahyu tidak diturunkan kepada Nabi kecuali beliau sedang berada di rumah Aisyah atau ketika Nabi berada disisi Aisyah. Ini tidak lain karena keutamaan yang dimiliki oleh Aisyah dan keutamaan yang dimiliki oleh ayahnya yaitu Abu Bakar.
Allah Maha Tahu Tentunya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar