Jumat, 11 Maret 2011

Menjawab Fitnahan Kata "Kami" Al-Qur'an Menggugurkan Ke-Esa-an Allah

Banyaknya Ayat Al Qur'an tentang Allah dengan menggunakan kata " KAMI" seringkali dipersoalkan oleh para misionaris maupun penghujat Islam. Bagi penghujat Islam persoalan Kata Kami di banyak ayat Al Qur'an dituduh sebagai sebagai bukti adanya ayat ayat Al Qur'an yang bertentangan dengan ayat ayat Al Qur'an lainnya yang sangat jelas dan tegas bahwa Allah adalah Esa.

dan Bagi Misionaris adanya kata kami yang merujuk kepada Allah dijadikan pembenaran kalau ayat ayat Al Qur'an membenarkan konsep ketuhanan Trinitas.

tuduhan tuduhan tersebut hanya berdasarkan argumentasi yang sangat dangkal dalam memahami kata "KAMI",yang mereka simpulkan secara absolut bahwa kata kami merujuk kata ganti jamak.

Didalam kitab “Fatawa al Azhar” disebutkan bahwa sesungguhnya Al Qur’an al Karim diturunkan dari sisi Allah swt dengan bahasa arab yang merupakan bahasa Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wasallam dan diturunkan dengan tingkat balaghah dan kefasehan tertinggi.

“Dengan bahasa Arab yang jelas.” (QS. Asy Syuara’ : 195)

Dan merupakan suatu kebiasaan dikalangan orang-orang Arab bahwa seorang pembicara mengungkapkan tentang dirinya dengan menggunakan lafazh أنا (saya) dan jika terdapat orang lain bersamanya maka menggunakan lafazh نحن (kami) sebagaimana lafazh نحن (kami) digunakan si pembicara untuk mengagungkan dirinya sendiri. Pengagungan manusia terhadap dirinya sendiri dikarenakan dirinya memiliki berbagai daya tarik untuk diagungkan.

Bisa jadi hal itu dikarenakan dia memiliki jabatan, reputasi, kedudukan atau nasab lalu dia membicarakan tentang dirinya itu sebagai bentuk keagungan dan kebesaran. Bisa jadi juga untuk memberikan perasaan takut didalam hati orang lain seakan-akan dirinya sebanding dengan beberapa orang bukan dengan hanya satu orang. Bisa jadi seseorang mengungkapkan dirinya dengan lafazh نحن (kami) karena begitu banyak keahliannya seakan-akan beberapa orang ada didalam diri satu orang. Sehingga bentuk plural dan jama’ itu adalah pada pengaruhnya bukan pada si pemberi pengaruh.

Bentuk pengagungan diri pembicara atau orang yang diajak bicara terdapat pula didalam bahasa-bahasa lainnya bukan hanya didalam bahasa arab dan digunakan pula untuk tujuan-tujuan seperti disebutkan diatas.
Apabila Allah swt Tuhan Pemilik Keagungan berfirman :

“Kami telah menciptakan mereka dan menguatkan persendian tubuh mereka, apabila Kami menghendaki, Kami sungguh-sungguh mengganti (mereka) dengan orang-orang yang serupa dengan mereka.” (QS. Al Insan : 28)

Posisi Allah di situ sebagai pemberi karunia kepada semua makhluk, pemberi nikmat, memberikan perasaan takut dan membuat lari orang-orang kafir sesuai dengan kata ganti pengagungan terhadap diri-Nya yang memberikan makna kuat dan gagah. Dan apabila Allah berfirman :

“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (QS. Al Hijr : 9)

Posisi di situ sebagai pemilik kemampuan yang mampu memberikan ketenangan berupa pemeliharaan Allah terhadap Al Qur’an yang telah diturunkan dengan kekuasaan dan hikmah-Nya. Dan apabila Allah berfirman :

“Sesungguhnya Kami menolong Rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari kiamat),” (QS. Ghafir : 15)

Allah SWT itu bukan manusia dan bukan pula makhluk hidup dengan jenis kelamin. Maka Dia bukan laki-laki dan juga bukan perempuan, bukan pula banci (na'udzubillah minta dzalik). Adapun bahasa arab, memang punya 14 dhamir atau kata ganti orang. Mulai dari huwa sampai nahnu. Huwa adalah kata ganti untuk orang ketiga, tunggal dan laki-laki.

Di dalam Al-Quran, penggunaan kata ganti orang ini sering juga diterapkan untuk lafadz Allah SWT. Al-Quran membahasakan Allah dengan kata ganti Dia (huwa). Di mana makna aslinya adalah dia laki-laki satu orang. Tetapi kita tahu bahwa Allah SWT bukan laki-laki dan juga bukan perempuan atau banci. Kalau ternyata Al-Quran menggunakan kata ganti Allah dengan lafadz huwa, dan bukan hiya (untuk perempuan), sama sekali tidak berarti bahwa Allah itu laki-laki.

Penggunaan kata ganti huwa (yang sebenarnya untuk laki-laki) adalah ragam keistimewaan bahasa arab yang tidak ada seorang pun meragukannya. Maka demikian pula dengan penggunaan kata nahnu, yang meski secara penggunaan asal katanya untukkata ganti orang pertama, jamak (lebih dari satu), baik laki-laki maupun perempuan, namun sama sekali tidak berarti Allah itu berjumlah banyak.

Orang arab sendiri akan terpingkal-pingkal kalau melihat cara orang Indonesia berusaha menyesatkan orang lain lewat logika aneh bin ajaib seperti ini, yaitu mengatakan Allah itu banyak hanya lantaran di Al-Quran Allah seringkali menggunakan kata ganti kami (nahnu). Betapa kerdilnya logika yang dikembangkan, niatnya mau sok tahu dengan bahasa arab, sementara orang arab sendiri mafhum bahwa bahasa mereka istimewa. Tidak semua kata nahnu (kami) selalu berarti pelakunya banyak. Memang benar secara umum kata nahnu menunjukkan jumlah yang banyak, tetapi orang yang bodoh dengan bahasa arab terkecoh besar dengan ungkapan ini. Sebenarnya kata kami tidak selalu menunjukkan jumlah yang banyak, tetapi juga menunjukkan kebesaran orang yang menggunakannya.

Misalnya, seorang presiden dari negara arab mengatakan begini, "Kami menyampaikan salam kepada kalian", apakah berarti jumlah presiden negara itu ada lima orang? Tentu saja tidak. Sebab kata "kami" yang digunakannya menggambarkan kebesaran negara dan bangsanya, bukan menunjukkan jumlah presidennya. Tukang becak di pinggir jalan pun tahu bahwa yang namanya presiden di semua negara pastilah jumlahnya cuma satu, tidak mungkin ada lima. Hanya orang bodoh saja yang mengatakan presiden ada lima. Dan hanya orang bodoh tidak pernah makan sekolahan saja yang mengatakan bahwa Allah itu ada banyak, hanya gara-gara Dia menyebut dirinya dengan lafadz KAMI.

Ini adalah logika paling gila yang pernah diucapkan oleh hewan yang merayap di muka bumi yang mengaku bernama manusia. Dan sayangnya, dengan logika jungkir balik tidak karuan seperti ini, masih saja ada orang yang mau melahapnya mentah-mentah. Masih saja jatuh korban kesesatan tidak lucu dari massa mengambang muslim.

sebenarnya pertanyaan inipun sudah dijawab dari jaman dulu oleh Ulama Ahli Tafsir (bisa dicari di Tafsir² Klasik).
dan para Pendeta dan Umat Nasrani selalu mempertanyakan (setiap kali melihat terjemahan Alquran) pada masa-ke-masa, MENYANGKA & BERTANYA apakah kata "KAMI" dalam Alquran adalah "Tuhan yang lebih dari satu", PADAHAL ayat lain sudah membantahnya bahwa Allah Swt. adalah SATU (salah satunya Surah Al-Ikhlas ayat 1, Q.S. 112: 1), bukan tiga seperti disangkakan Kaum Nashrani.

inilah salah satu tanda keagungan mengapa Alquran diturunkan dalam bahasa Arab.

jikalau Alquran itu diturunkan dengan semua bahasa, tentu akan banyak perbedaan penafsiran kata disetiap wilayah dan perubahan yang susah dipantau dan dideteksi kebenarannya.

jikalau Alquran di Indonesia dimusnahkan dan dibakar, akan datang jutaan Hafidz (Penghafal) Alquran dari seluruh penjuru dunia untuk menggantikannya dengan hafalan yang sama, surah yang sama, ayat yang sama, dan huruf yang sama. begitulah salah satu cara Allah Swt. menjamin kemurnian Alquran.

mari kita bahas sedikit saja RAHASIA Alquran.

kadang Allah Swt. menggunakan kata "AKU", "ALLAH", DIA" didalam Al Qur'an (dalam bahasa Arab adalah "ANA" juga "INNI" atau kata kerja yang diakhiri dengan huruf "TU", atau juga langsung dengan lafadz "Allah" sendiri, begitu pula dengan kata "Dia" / "Huwa" dalam bahasa Arab).

contoh Ayat,

أَوَلَمْ يَرَوْا أَنَّ اللَّهَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ قَادِرٌ عَلَى أَنْ يَخْلُقَ مِثْلَهُمْ وَجَعَلَ لَهُمْ أَجَلا لا رَيْبَ فِيهِ فَأَبَى الظَّالِمُونَ إِلا كُفُورًا

"Dan apakah mereka tidak memperhatikan bahwasanya Allah yang menciptakan langit dan bumi adalah kuasa (pula) menciptakan yang serupa dengan mereka, dan telah menetapkan waktu yang tertentu bagi mereka yang tidak ada keraguan padanya? Maka orang-orang zalim itu tidak menghendaki kecuali kekafiran." (Al-Israa' Ayat 99)

dengan maksud SUATU PENCIPTAAN YANG TIDAK MELIBATKAN MAKHLUQ MANAPUN, umumnya ALLAH SWT mengatakan "ANA" / "INNI" (AKU) atau juga "HUWA" (DIA) bisa juga lafadz "ALLAH" sendiri.

"MENUNJUKKAN" HANYA ALLAH SWT SENDIRI YANG MENCIPTAKAN. TIDAK ADA UNSUR LAIN / MAKHLUQ LAIN (SEKUTU) YG MEMBANTU PENCIPTAANNYA.

maknanya menunjukkan kekuatan-Nya yang Maha Dahsyat. tidak ada makhluq pun yang dapat menyamai Keagungan & Kekuatan Penciptaan-Nya Yang Luar Biasa.

contoh Ayat yang lain,


وَخَلَقَ اللَّهُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ بِالْحَقِّ وَلِتُجْزَى كُلُّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ وَهُمْ لا يُظْلَمُونَ

"Dan Allah menciptakan langit dan bumi dengan tujuan yang benar dan agar dibalasi tiap-tiap diri terhadap apa yang dikerjakannya, dan mereka tidak akan dirugikan." (Al-Jaatsiyah Ayat 22)

maksudnya, Allah Swt. sendiri yang menciptakan langit & bumi tanpa ada keterlibatan makhluq lainnya yang membantu.

pernah tau gedung paling tinggi di dunia sekarang yang ada di Dubai? namenye 'Burj Dubai'.

disono ntu butuh arsitek yg mendesainnya, perlu tenaga sipil, tambah kontraktor, tenaga kerja yang banyak, tenaga ahli nyang bejibun.
bisa kita bayangin, berapa orang yg dibutuhkan untuk sebuah penciptaan gedung ini.

seorang FIR'AUN pun TIDAK BISA MEMBUAT PIRAMID-nya HANYA SEORANG DIRI !!!

KAGAK BAKALAN BISA QITE BANDINGIN AME ALLOH SWT APALAGI PENCIPTAANNYA !!!
jaoooooooh mah, kagak ade ape-apenye qite.

kadang Allah Swt juga menggunakan kata "KAMI" didalam Alquran (dalam bahasa Arab adalah "NAHNU" juga "INNA" atau kata kerja yang diakhiri dengan huruf "NAA").

orang Arab tentu akan paham, atau juga orang yg mondok di pesantren yg bahasa sehari-harinya menggunakan bahasa Arab (seperti Pondok Pesantren Gontor dan laen²) tentu tau makna penggunaan kata "Nahnu (kami)".

Contoh 1 : "Nahnu (kami)" memang bisa digunakan untuk lebih dari satu yaitu "kami" (plural - jamak - banyak),
bisa juga untuk "satu orang" yaitu yg dimaksudkan "saya-sendiri" dengan makna "kemuliaan". (dalam Bahasa Arab)

Contoh 2 : "Antum (kalian)" memang bisa digunakan untuk lebih dari satu yaitu "Kalian" (plural - jamak - banyak),
bisa juga untuk "satu orang" yaitu yg dimaksudkan "Anda" dengan makna "kemuliaan". (dalam Bahasa Arab)
(bukan kata "kamu", yg tidak sopan diucapkan kepada orang tua)

kata "Antum (kalian)", biasanya digunakan oleh para Santri (Murid) untuk memanggil sang Guru (Kyai) (yg seorang diri - bukan jamak/plural). artinya sangat dianggap TIDAK SOPAN jika Santri mengobrol dengan Kyai-nya memanggil dengan kata "ANTA (kamu)", bukan "ANTUM". Bukan berarti "Antum" ini bermakna "kalian" (jamak) akan tetapi BERMAKNA satu untuk "PENGHORMATAN".

Ya, untuk SEBUAH "PENGHORMATAN DAN PENGAGUNGAN".

blum paham? atau paham sedikit?...
mari kita belajar sdikit bahasa Arab dan Inggris 20 detik saja.

I (am) = saya, aku.
You = kamu
We = kami
They = Mereka
He = dia (laki-laki)
She = dia (wanita)
It = dia (benda & hewan)

mari bandingkan dengan bahasa Arab... (sowry, keyboard windows ane ga support ngetik arabic, penyebutannya aje ye)

Huwa = dia (laki-laki)
Huma = dia berdua (laki-laki)
Hum = mereka (laki-laki)
Hiya = dia (perempuan)
Huma = dia berdua (perempuan)
Hunna = mereka (perempuan)
Anta = kamu (laki-laki)
Antuma = kamu berdua (laki-laki)
Antum = kalian (laki-laki)
Anti = kamu (perempuan)
Antuma = kamu berdua (perempuan)
Antunna = kalian (perempuan)
Ana = Saya, Aku
Nahnu = Kami

belum lagi jika digabungkan dengan 'kata kerja', maka akan berubah. contoh kata "fa'ala" (melakukan / "do" dalam english) ditempatkan dengan kata-kata diatas maka akan menjadi: "yaf'alu" (dia (seorang lak-laki) melakukan...), "yaf'alaani" (dia dua orang lak-laki melakukan...), "yaf'aluuna" (mereka (laki-laki) melakukan...), dan seterusnya.... puannjaang dee pokoke...

(sekadar deskripsi bahwa ilmu bahasa Arab itu luas, grammar-nya berbeda dengan bahasa Inggris, ataupun bahasa Indonesia, apalagi bahasa lainnya).

-----> artinya, kita harus mengembalikan makna kata dalam Alquran ke BAHASA ASLINYA, yaitu BAHASA ARAB.

Ok, kembali... lalu mengapa ALLAH SWT menggunakan kata "NAHNU" (KAMI) ???

contoh Ayat,

وَلَقَدْ خَلَقْنَا الإنْسَانَ مِنْ سُلالَةٍ مِنْ طِينٍ

"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah." (Al-Mu'minuun Ayat 12)

kadang Allah Swt. memaksudkan (dalam Alquran) suatu penciptaan yang melibatkan oknum lain dalam penciptaan tersebut sebagai proses, umumnya ALLAH SWT mengatakan "NAHNU" (KAMI), dan juga kadang ALLAH SWT menggunakan kata "ANA" (AKU) di Ayat lainnya.

maknanya, ketika Allah Swt. menciptakan manusia, ada unsur lain yang menjadi PROSES PENCIPTAANNYA. yaitu adanya pertemuan ayah & ibu, bertemunya sel sperma & sel telur. ada PROSES inilah yang kemudian RAHASIA AL QUR'AN mengapa Allah Swt. menggunakan lafadz "NAHNU (KAMI)".

contoh ayat yang sepadan, Allah Swt. mengatakan "Kholaqnaa" yaitu "Kami (menciptakan)"

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا

"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal." (Al-Hujuraat Ayat 13)

Lalu Bagaimana dengan ayat...


وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ

“Dan tiadalah Kami mengutus engkau (wahai Muhammad) melainkan untuk menjadi rahmat bagi sekalian alam”. (Al-Anbiyaa' Ayat 107)

kata Arsalna ( أَرْسَلْنَا 'Kami mengutus') berasal dari kata dasar "Arsala" أَرْسَلْ (yg mempunyai arti; mengutus, memberikan risalah, mengantarkan risalah).

sebagaimana penjelasan sebelumnya diatas, kata "KAMI" yg Allah Swt. maksudkan karena ADANYA OKNUM / UNSUR LAIN DALAM PROSES PENGUTUSAN. YAITU "MALAIKAT JIBRIL" SEBAGAI PENGANTAR WAHYU ALLAH SWT. makanya Allah Swt. menggunakan Kata "NAHNU" (KAMI).

"Menjadi Rahmat" tidak berarti hanya "diri Nabi Muhammad saw." saja, akan tetapi dengan "MUKJIZAT ALQURAN (WAHYU - dari Allah Swt. melalui Malaikat Jibril) dan juga SUNNAH NABI SAW (perilaku & akhlaq beliau selama hidup).

kadang ALLAH SWT menunjukkan kata "INNI" (AKU) dan "NAHNU" (KAMI) didalam Alquran adalah "LITTA'DZHIIM" (menunjukkan Keagungan & Kebesaran).


مَا خَلَقْنَا السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا إِلا بِالْحَقِّ وَأَجَلٍ مُسَمًّى وَالَّذِينَ كَفَرُوا عَمَّا أُنْذِرُوا مُعْرِضُونَ

"Kami tiada menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar dan dalam waktu yang ditentukan. Dan orang-orang yang kafir berpaling dari apa yang diperingatkan kepada mereka." (Al-Ahqaaf Ayat 3)

menjelaskan sesuatu Yang BESAR, AGUNG, MULIA, DAHSYAT.

contoh, dijelasin bahwa bumi itu mengitari matahari, itu saja. padahal tidak hanya sampai disitu saja. bahkan matahari pun berputar mengitari galaksi sebagaimana bumi mengitarinya. dan masing-masing mempunyai jalur lintasannya sendiri. memiliki jarak dan waktu tersendiri. semua bergerak. menakjubkan!

Ayat lainnya, (menunjukkan Keagungan dan Kebesaran Penciptaan-Nya)


وَمِنْ كُلِّ شَيْءٍ خَلَقْنَا زَوْجَيْنِ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
"Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah." (Adz-Dzaariyaat Ayat 49)

ada langit ada bumi, ada siang ada malam. dll.

tapi kadang di Ayat lain Allah juga menggunakan kata "Aku",


وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ

"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku." (Adz Dzaariyaat : Ayat 56)

kata "KAMI" (memahaminya dalam Bahasa Arab) dalam Alquran bukan bermakna "TUHAN ITU LEBIH DARI SATU". Akan tetapi sebagai TA'DZHIIM (PENGAGUNGAN). karena Ayat yang lain mengatakan ALLAH, TIADA TUHAN SELAIN DIA.


اللَّهُ لا إِلَهَ إِلا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ

"Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya)."
(Al-Baqarah Ayat 255)


قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ

"Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa (Maha Satu)."
(Al-Ikhlas Ayat 1)

mudah-mudahan bisa dipahami, walau sedikit.

jika ingin lebih banyak referensi, silahkan membaca Tafsiran dari Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Al Jalalein, atau yg dari Indonesia saja seperti Tafsir Al Mishbah, dari Prof. DR. Quraisy Shihab.

Tafsiran-tafsiran seperti ini tidak akan Anda temukan dalam Alquran Terjemahan, baik dari DEPAG maupun yg digital. makanya para Ahlinya (Ulama Tafsir) yang Fasih dan Alim (Luas Ilmunya) menulis Tafsir Alquran ini karena Ilmu Alquran itu SANGATLAH LUAS.

By : Era Muslim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...