Kamis, 02 Juni 2011

Sejarah Kenaikan Isa Al-Masih Serta Kajian Dari Sudut Pandang Islam Dan Kristen

Sejarah Kenaikan Isa Al Masih 
Serta Kajian Dari Sudut Islam Dan Kristen

Dan Kami telah turunkan kepadamu al-Qur’an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian/korektor terhadap kitab-kitab yang lain itu. (QS AL-Maidah (5) :48)

Cerita yang sampai dikita pada umumnya hanya terbatas pada kenabian Isa dikalangan Yahudi, lalu bagaimana dengan ke-10 suku lain ? Padahal al-Qur’an tidak membatasi misi Isa pada umat Yahudi semata tapi ” Rasul kepada Bani Israel ” (QS. 3/49)

Dari al-Qur’an, kita tidak menemukan satu ayatpun yang berbicara tentang kisah Isa al-Masih yang masih hidup sampai saat ini. Sebaliknya ayat-ayat al-Qur’an yang berbicara mengenainya dengan tegas menyatakan tentang sudah wafatnya beliau as. dan ini saya pertegas ulang dalam buku kedua ketika menjawab klaim ke- “al-masihan” oknum-oknum tertentu seperti MGA, Musaddiq atau Lia Eden.

Dengan penganalisaan yang cukup panjang dan komprehensif, saya berusaha mengawinkan seluruh data-data yang bercerita mengenai kenabian Isa dan eksistensinya dikomunitas Bangsa Israel diberbagai tempat sehingga menjadi satu kesatuan kesejarahan utuh.

Saya juga berusaha memecahkan sejumlah misteri dari tahun-tahun hilang sang Nabi mulai dari kecil hingga kemunculannya ditengah umat Israel pada usia 30 tahunan kemudian melacak jejak-jejak kesejarahannya setelah tragedi penyaliban.

Seberapa jauh kebenaran yang ada dari usaha rekonstruksi ini maka tentu saja sifatnya relatif, sebab al-Qur’an sebagai otoritas kebenaran tertinggi didalam Islam sama sekali tidak menjelaskan dengan detil tentang masa-masa hidup beliau as. Sehingga praktis semua hal yang dikaitkan dengannya harus diseleksi dengan standar-standar baku al-Qur’an seperti ajarannya, misinya ataupun orang-orang yang ada disekeliling beliau.

Terus terang buku pertama ini punya kelemahan disatu sisi, yaitu saya terlewatkan membahas hujjah-hujjah dari Syaikh Nasiruddin al Al-bani tentang eksistensi Isa al-Masih yang disebut-sebut masih hidup. Tapi Alhamdulillah saya sudah menjawabnya dibuku kedua secara komprehensif. Sehingga kekurangan tersebut dapat tertutupi.

Untuk referensinya sendiri pada buku pertama, secara jelas saya cantumkan disetiap catatan kaki buku yang dapat dibuktikan seberapa jauh kebenaran data yang saya cantumkan dibuku tersebut.

Tetapi yang jelas, satu hal saya yakin yaitu misi kenabian Isa al-Masih hanya dan hanya terbatas pada Bani Israel, komunitas Yahudi adalah satu dari sasaran dakwahnya sebab diluar Yahudi, masih ada 10 bangsa Israel lain.

Pada 21 Maret 2008, umat Kristiani seluruh dunia memperingati hari Kenaikan Yesus Kristus ke surga, suatu peristiwa religius yang terjadi 40 hari setelah kebangkitan-Nya di antara orang mati. Sebelum terangkat, Yesus Kristus memerintahkan murid-murid-Nya untuk menjadi saksi-Nya, yakni menyaksikan kasih, kebenaran dan teladan-Nya ke seluruh dunia (Kisah Para Rasul 1:6-8).

Murid Yesus diperintahkan untuk menjadi saksi kebenaran-dalam konteks berbangsa dan bernegara-di mana pun mereka berada. Karena itu terlihat adanya hubungan antara gereja dan negara.

Sepanjang sejarah gereja, setidaknya ada dua model relasi gereja dan negara. Di abad pertengahan, pemimpin gereja menempatkan dirinya untuk berkuasa penuh atas pemimpin negara. Sebab baginya ia berada pada “below God, above man; less than God, more than man.” (Philip Schaff, 1858-92)

Akar dari pengertian itu adalah dualisme tingkatan kehidupan yang sifatnya hirarkis. Yaitu tingkatan spiritual yang ditempati kaum rohaniawan dan tingkatan temporal yang ditempati kaum profesional sekuler, di mana yang pertama lebih tinggi dari yang kedua. Kondisi sebaliknya terjadi pada abad pertengahan, di mana negara berkuasa penuh atas gereja. Posisi itu merupakan reaksi berlebihan atas posisi yang dianut abad pertengahan. Di luar gereja, Niccolo Machiavelli (1469-1527) adalah penganjur utama doktrin itu. Ia menegaskan bahwa tidak seharusnya negara dikuasai oleh agama. Seharusnya negara menguasai agama.

Pandangan tersebut didasarkan pada paradigma agama sebagai sesuatu yang lebih bersifat sekuler. Dengan kata lain, Machiavelli melakukan desakralisasi agama. Dengan adanya paradigma agama seperti itu, maka agama sudah disempitkan hanya urusan moral dan menjadi salah satu pranata kebudayaan di antara banyak pranata lainnya.

Sebaliknya, Machiavelli menawarkan suatu bentuk pemerintahan yang kuat, mengatasi segala unsur di dalamnya termasuk agama. Pemerintahan yang kuat itu didasarkan atas antropologi bahwa manusia adalah makhluk irrasional yang tingkah lakunya diombang-ambingkan oleh emosinya (F Budi Hardiman, 2004).

Meski tidak seekstrem Machiavelli, Martin Luther (1483-1546) dan pengikutnya juga mengambil sikap yang sama. Pada awalnya, Luther mengemukakan ajaran tentang imamat. Hal itu merupakan perlawanan terhadap ajaran dua tingkatan dalam kehidupan manusia yang dianut selama abad pertengahan. Bagi Luther, semua orang yang percaya mempunyai status keimaman yang sama sekalipun berbeda dalam fungsi.

Berdasarkan perbedaan fungsi itu, maka Luther mengembangkan konsep “Dua Kerajaan”, yang menandakan perbedaan fungsi antara pemerintahan spiritual dan pemerintahan sipil. Pemerintahan spiritual dijalankan teokratif, berdasarkan firman Tuhan dan tuntunan Roh Kudus serta menggunakan pendekatan persuasif.

Sementara pemerintahan sipil dijalankan oleh pemerintah berdasarkan hukum negara dan memperoleh otoritas untuk menggunakan pendekatan koersif. Pandangan Luther yang demikian bagus tapi tidak dipegang secara konsisten, sehingga terjadi pergeseran dan menempatkan negara sebagai subordinasi dari gereja.

Pergeseran itu disebabkan dua hal, antara lain, selama perjuangan Luther, ia berhutang budi amat besar kepada pejabat politik dalam memberikan ragam dukungan, baik finansial maupun politis.

Tidak heran, gereja Lutheran di Jerman gagal menghadapi kekejaman Adolf Hitler pada 1930-an. Bagi Alister McGrath, kegagalan itu disebabkan insufficiency in Luther’s theology (2002). Dengan demikian, jika Machiavelli mendorong negara untuk secara koersif menguasai gereja, Luther mendorong gereja untuk secara persuasif tunduk kepada negara.

Rekonstruksi model relasi gereja-negara yang diamanatkan Alkitab merupakan sikap “neither-nor” terhadap kedua model relasi di atas, baik negara menjadi subordinasi gereja maupun sebaliknya. Pandangan Alkitab, negara mendapat otoritas dari Allah secara langsung dan bukan dari gereja, sehingga gereja tidak berhak mengintervensi secara penuh setiap kebijakan negara.

Selain itu, jika kekuasaan pemimpin gereja abad pertengahan begitu besar-kalau tidak mau dikatakan mutlak- sampai mengintervensi seluruh aspek kehidupan, bukankah hal itu merupakan sebuah monarki tersendiri? Jelas sekali bila Alkitab sangat menentang kerajaan manusia yang monarkis.

Lebih mendalam lagi, ajaran dualisme tingkat kehidupan pada abad pertengahan ditolak oleh Alkitab dengan pemahaman bahwa semua manusia diciptakan setara sebagai citra Allah.
Alkitab juga menolak pengajaran Machiavelli yang jelas mendukung monarki, sebab amat besar berpotensi menjadi korup seperti adagium terkenal dari Lord Acton, power tends to corrupt, but absolute power corrupts absolutely. Kalimat Acton itu berasumsi, keberdosaan manusia dapat menyalahgunakan kekuasaan.

Fakta keberdosaan manusia itulah yang menjadi landasan untuk menolak adanya monarki dan perlunya kepemimpinan terbuka dan kolektif.

Konsep “dua pemerintahan” yang diajarkan Luther adalah pemerintahan sipil dan pemerintahan spiritual. Bagi teolog Swiss, John Calvin (1509-1564), hubungan keduanya adalah distinct (but) they are not at variance (1559) atau dengan kata lain bersifat distinctio sed non separatio (Alister McGrath, 2002).

Karena perbedaan itu tak harus membuat salah satunya hilang, maka dapat dikatakan bahwa hubungan gereja-negara bersifat sejajar dan komplementer. Hal itu disebabkan karena secara mendasar, kedua institusi, gereja dan negara berasal dari penetapan Tuhan, sehingga keduanya berposisi sejajar. Calvin malah menyebut pemerintah sipil sebagai “wakil Allah” (1559).

Sedangkan hubungan komplementer, artinya gereja-negara saling melengkapi. Gereja bertugas menyampaikan berkat yang immortal and incorruptible, sementara negara bertugas menjamin dan melindungi kebebasan beragama agar ibadah kepada Allah dapat berjalan lancar dan tertib.

Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda, ” Tidak ada seorang nabi-pun antara saya dan Isa. Sesungguhnya, dia akan turun ke bumi. Maka jika kalian melihatnya, kenalilah dia. Dia adalah seorang laki-laki dengan ukuran sedang, berkulit putih kemerah-merahan. Dia memakai dua baju kuning terang. Kepalanya seakan-akan ada air yang mengalir walaupun sebenarnya ia tidak basah. Dia akan berperang melawan manusia untuk membela Islam. Dia akan menghancurkan salib, membunuh babi, menghapuskan jizyah. Allah akan menghapuskan semua agama di zamannya kecuali Islam. Isa akan menghancurkan Dajjal dan dia akan hidup di bumi selama 40 tahun dan kemudian dia meninggal, kaum muslimin akan menyembahyangkan jenazahnya.” (HR Abu Dawud)

Menurut pandangan Islam, setelah nabi Isa as lolos dari rencana pembunuhan oleh orang-orang Yahudi, lalu diangkat ke langit dan masih hidup hingga saat ini, akan turun kembali nanti menjelang hari kiamat dan bertugas selama 40 tahun untuk menegakkan kebenaran Islam dan meluruskan ajarannya yang telah diselewengkan, diantaranya tentang salib, karena nabi Isa selama misinya hingga terangkatnya ke langit, sama sekali tidak pernah mengajarkan perihal salib, juga akan membunuh babi yang telah dihalalkan oleh umat Kristen, di mana beliau sendiri tidak pernah menghalalkannya sejak Allah SWT haramkan.

Sementara itu, menurut pandangan Kristen, setelah Yesus Kristus bangkit dari kematian dan menemui murid-muridnya selama 40 hari, Yesus terangkat ke sorga dan akan kembali ke bumi dengan cara yang sama seperti naiknya.

“…Yesus ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke sorga.” Kisah Para Rasul 1:11.

Sepintas ada kesamaan pandangan antara Islam dan Kristen perihal diangkat-nya nabi Isa as ke langit/sorga dan turunnya kembali ke bumi menjelang hari kiamat nanti, namun ada perbedaan sangat mendasar tentang hal tersebut yaitu ‘belum atau sudah mati’ ketika beliau diangkat. Menurut pandangan Islam nabi Isa as di angkat ke langit dalam keadaan sebelum mengalami mati, sementara, menurut pandangan Kristen Yesus diangkat ke sorga dalam keadaan setelah mengalami kematian.
 
 
PANDANGAN ISLAM
 
Banyak kejadian-kejadian yang selaras de-ngan pandangan yang menyatakan bahwa Isa putra Maryam belum mengalami kematian ke-tika diangkat ke langit.

Pertama, dalam al-Qur’an dinyatakan bahwa nabi Isa as diselamatkan dari rencana pembunuhan :

…. padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak pula menyalibnya, tetapi yang mereka bunuh ialah orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka…. QS. 4:157

Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana . QS. 4:158

Kedua, banyak nubuat dalam hadits yang menginformasikan bahwa Isa putra Maryam akan turun kembali ke bumi dan baru akan meninggal setelah bertugas selama 40 tahun. Kalau Isa putra Maryam sudah mengalami kematian ketika diangkat ke langit, maka sangat logis bila beliau dinubuatkan baru akan mengalami kematian nanti setelah turun ke bumi dan bertugas selama 40 tahun.

Juga tidak mungkin Isa putra Maryam telah mengalami kematian kalau beliau harus turun kembali menjelang hari kiamat untuk berdakwah membela Islam, karena orang yang sudah mati tidak mungkin bisa berdakwah. Kalau orang yang sudah mati bisa berdakwah, tentu nabi Muhammad saw yang lebih tepat dari pada nabi Isa as, alasannya, nabi Muhammad saw sudah terbukti jauh lebih berhasil dalam menegakkan syariat Allah daripada nabi Isa as. Di samping itu, karena nabi Muhammad sebagai pembawa syariat terakhir dan bukan nabi Isa as, Tetapi karena nabi Muhammad saw sudah mati dan nabi Isa as masih hidup, maka nabi Isa as-lah yang ditakdirkan untuk membela Islam di akhir zaman nanti.

Ketiga, nabi Isa as adalah nabi yang diutus kepada bani Israel yang disertai kemukjizatan sejak pada masa penciptaannya hingga pada masa menjalankan misinya, mukjizat-mukjizat yang diberikan oleh Allah kepada beliau sangat nyata menunjukkan bahwa Isa putra Maryam adalah utusan Allah u, namun sayang, hanya sedikit orang-orang Israel yang mempercayainya bahkan mereka berencana membnunuh Isa as, karena mereka tidak percaya dengan nabi Isa as walaupun dengan kemukjizatan-kemukjizatan yang luar biasa, maka Allah SWT menyelamatkan nabi Isa as dengan mengangkatnya ke langit dan menjaganya tetap hidup hingga sekarang ini.

Turunnya nabi Isa as menjelang hari kiamat nanti, merupakan kemukjizatan yang luar biasa bagi manusia, di mana Isa putra Maryam yang lahir ribuan tahun sebelumnya, ternyata masih hidup pada masa menjelang hari kiamat, tentu saja hal tersebut akan menjadikan seseorang sulit untuk tidak mempercayai kebenaran Isa putra Maryam. Sehingga ketika nabi Isa as menyampaikan kebenaran Islam tidak seorangpun yang menolak temasuk orang-orang Yahudi yang dulu sombong :

Tidak ada seorangpun dari Ahli Kitab, kecuali akan ber-iman kepadanya (Isa) sebelum kematiannya. Dan di hari kiamat nanti Isa itu akan menjadi saksi terhadap mereka. QS. 4:159

Satu lagi, ditakdirkannya nabi Isa as belum mengalami mati hingga saat ini, adalah untuk menjelaskan dan membuktikan bahwa dirinya tidak disalib, sehingga orang-orang yang tidak mempercayai informasi al-Qur’an yang menyatakan nabi Isa as tidak dibunuh dan tidak pula disalib akan langsung percaya. Dan untuk menjelaskan bahwa beliau as tidak pernah menyampaikan kepada manusia untuk menyembah dirinya atau untuk mengakui dirinya sebagai Allah.

Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku mengatakannya yaitu:”Sembahlah Allah, Rabbku dan Rabbmu”, dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka. Maka setelah Engkau wafatkan (angkat) aku, Engkau-lah yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu. QS. 5:117

Padahal dalam Bible sendiri, tidak ditemukan ayat yang menyatakan Yesus mengaku sebagai Allah dan memerintahkan manusia untuk menyembah dirinya, mereka tidak percaya yang dinyatakan al-Qur’an, tetapi baru akan percaya bila Yesus sendiri yang menjelaskan.

 

PANDANGAN KRISTEN

Berbeda dengan pandangan Islam, menurut pandangan Kristen, Yesus telah mati disalib, bangkit dari kematian –hidup lagi- baru terangkat ke sorga.

Pandangan semacam itu sebenarnya kontradiksi atau tidak selaras dengan kisah-kisah lain dalam bible, seperti ketika detik-detik penangkapannya, Yesus berada dalam ketakutan yang amat sangat dan berdoa memohon kepada Allah agar diberi keselamatan :

“Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi.”
Ia sangat ketakutan dan makin bersungguh-sungguh berdoa. Peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah. Lukas 22:43-44

Karena Yesus sangat sungguh-sungguh dalam berdoa, maka Allah mengabulkan doa-nya :

Dalam hidup-Nya sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut, dan karena kesalehan-Nya Ia telah didengarkan. Ibrani 5:7

Berdasarkan ayat tersebut, Allah mengabulkan doa Yesus, yang artinya Yesus terselamatkan dari maut –kematian- atau rencana pembunuhan oleh orang-orang Yahudi, yang artinya Yesus belum mengalami kematian ketika diangkat ke sorga. Menganggap Yesus telah mati disalib dan bangkit dari kematian tidak selaras dengan maksud ayat diatas.

Apalagi ditinjau dari sikap-sikap Yesus pasca anggapan kebangkitannya, mustahil Yesus telah mengalami kematian lalu hidup kembali bila beberapa jam sebelum diangkat ke sorga Yesus makan sepotong ikan goreng.

“Adakah padamu makanan di sini?”
Lalu mereka memberikan kepada-Nya sepotong ikan goreng. Ia mengambilnya dan memakannya di depan mata mereka. Injil Lukas 24:41-43

Makan makanan beberapa jam sebelum terangkat ke sorga, adalah bukti bahwa Yesus belum mengalami kematian ketika diangkat ke sorga. Karena, perbuatan makan ikan goreng hanya dilakukan oleh orang hidup yang belum mengalami kematian untuk menjaga agar tetap hidup dan bukan perbuatan orang yang telah mengalami kematian. Orang yang hidup sesudah mati, tidak perlu lagi makan makanan agar tetap hidup, karena dia sudah tidak akan mengalami kematian lagi :

Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, Ibrani 9:27

Kalau manusia sudah ditetapkan hanya satu kali mengalami mati, tentu setelah dibangkitkan dari kematian, manusia tidak akan mengalami lagi kematian, yang artinya setelah itu manusia akan kekal hidup yang tidak akan merasa lapar dan tidak perlu makan, lalu mengapa Yesus masih makan ikan goreng kalau dikatakan telah bangkit dari kematian ?. Tentu saja karena Yesus masih hidup dan belum mengalami kematian. Pendek kata Yesus terangkat ke sorga dalam keadaan masih hidup dan belum mengalami kematian.

Ada fragmen-fragmen lain yang terdokumentasi dalam Injil Lukas, yang mengindikasikan bahwa Yesus belum mengalami kematian :

….. bahwa telah kelihatan kepada mereka malaikat-malaikat, yang mengatakan, bahwa Ia (Yesus) hidup. Injil Lukas 24:23

Yang dimaksud Yesus hidup seperti yang dikatakan malaikat dalam ayat di atas adalah, hidup sebelum mengalami kematian bukan hidup setelah mengalami kematian, karena Yesus masih makan ikan goreng.
Ada satu lagi fragmen yang mengindikasikan bahwa Yesus hidup dan belum mengalami kematian :

Tetapi ketika mereka mendengar, bahwa Yesus hidup dan telah dilihat olehnya, mereka tidak percaya. Injil Markus 16:11

Untuk memahami ayat tersebut, mari kita ambil contoh seakan-akan kejadian itu ada dihadapan kita. Misalkan ada orang katakanlah ‘A’, mempunyai teman ‘B’ sedang bepergian menggunakan kereta api, beberapa jam kemudian ‘A’ mendapatkan berita di televisi kereta yang ditumpangi ‘B’ tabrakan dan ‘B’ termasuk korban tewas. Tetapi beberapa hari kemudian ‘A’ bertemu ‘B’ dipasar, maka ‘A’ tidak percaya mendapati ‘B’ hidup. Ketidakpercayaan ‘A’ semata-mata untuk menyimpulkan bagaimana pemberitaan semacam itu bisa terjadi, bukan untuk menyimpulkan bagaimana mungkin ‘B’ dapat bangkit dari kematian. Maka kesimpulannya adalah ‘B’ tidak tewas.

Begitu juga ketika murid-murid mendapatkan Yesus hidup, ketidak-percayaan mereka semata-mata untuk menjawab ‘siapakah orang yang disalib kalau Yesus masih hidup ?’, bukan untuk menjawab ‘apakah Yesus telah bangkit dari kematian’.

Menurut pandangan mereka dan pandangan orang pada umumnya, bila ada penampakan yang menyerupai orang yang telah mati, maka penampakan itu adalah hantu. Merekapun sempat mengira Yesus yang ada di hadapan mereka adalah hantu, hal itu maklum saja, karena berita tentang Yesus telah mati di tiang salib sangat kuat beredar di masyarakat.

Mereka terkejut dan takut dan menyangka bahwa mereka melihat hantu. Injil Lukas 24:37

Kemudian Yesus menghampiri mereka un-tuk menjelaskan bahwa Yesus yang mereka lihat bukanlah hantu :

…Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: “Mengapa kamu terkejut dan apa sebabnya timbul keragu-raguan di dalam hati kamu?
Lihatlah tanganKu dan kakiKu: Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada pada-Ku.” Injil Lukas 24:38-39

Apa yang dilakukan Yesus adalah untuk membuktikan bahwa dia belum mati, karena kalau dia sudah mati dan hidup lagi, tentu mereka tidak akan dapat melihat dan meraba tubuhnya. Merekapun akhirnya percaya bahwa Yesus yang mereka lihat adalah benar-benar Yesus dan bukanlah hantu. Artinya, mereka percaya kalau bukan Yesus yang disalib.

Doa Yesus yang dikabulkan, Yesus makan ikan goreng, ucapan malaikat bahwa Yesus masih hidup, ketidak-percayaan murid-murid menyaksikan Yesus masih hidup dan pengakuan Yesus bahwa dirinya bukan hantu, adalah fragmen-fragmen yang menguatkan pandangan bahwa Yesus belum mengalami kematian ketika diangkat, apalagi ditinjau dari tujuan Yesus turun kembali ke bumi, sangat pas bila Yesus belum mati.

Menurut pandangan Kristen, turunnya Yesus kembali ke bumi, adalah untuk mengembalikan kerajaan Israel atau untuk menyelamatkan umat Israel, dan itu tidak bisa dilakukan oleh Yesus dalam bentuk roh. Karena orang dalam bentuk roh, tidak akan bisa dilihat oleh manusia yang masih hidup di dunia fana.

Dalam Injil Lukas disebutkan, bahwa orang akan dapat melihat Yesus ketika turun ke bumi :

Pada waktu itu orang akan melihat Anak Manusia datang dalam awan dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya. Injil Lukas 21:27

Yang artinya, bukan dalam bentuk roh atau bentuk orang yang sudah mengalami kematian. Tentu saja ayat tersebut menjadi ganjalan bagi yang memiliki pandangan bahwa Yesus telah mengalami kematian sebelum terangkat ke sorga. Bukankah orang yang telah mengalami kematian tidak akan bisa dilihat ?

Tetapi, ayat tersebut justru memperkuat pandangan Islam yang menyatakan bahwa nabi Isa as belum mengalami kematian ketika terangkat ke langit dan juga turunnya nanti, sehingga orang akan dapat melihat fisik Yesus. Ada satu lagi ayat dalam Bible yang selaras dengan pandangan Islam :

“….Yesus ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke sorga.” Kisah Para Rasul 1:11

Frasa dengan cara yang sama dalam ayat tersebut, selaras dengan pandangan Islam yang menyatakan, nabi Isa as terangkat ke langit dalam keadaan belum mengalami kematian, dan akan turun kembali juga dalam keadaan belum mengalami kematian.

Sampai di sini dulu kajian tentang kenaikan nabi Isa as dari sudut pandang Islam dan Kristen, semoga kajian ini bermanfaat bagi akidah kita. Amien.

Sumber:
http://www.suarakarya-online.com/news.html?category_name=Opini by Antonius S.Un http://catatann.blogspot.com/2007/05/kenaikan-isa-almasih-dan-hubungan.html
http://armansyah.swaramuslim.net
http://arsiparmansyah.wordpress.com
http://rekonstruksisejarahisaalmasih.wordpress.com
http://jejakpararasulsetelahmuhammad.wordpress.com/ 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...